BREAKING

Rabu, 24 September 2014

Satu Diantara Dua Pilihan



Ingin kubuka semua mata
Melihat sebuah realita
dimana masalah tak lagi berbuah susah
ketika takut tak lagi berbuah gelisah
disini kami katakan mandiri bukan lagi janji..

Bagiku hanya ada dua pilihan yang selalu tampak;
Iya dan Tidak,
Hidup dan Kehidupan,
Benar atau salah
Baik atau buruk.
Arah kiri atau kanan
Laki-laki atau perempuan
Kini atau tidak selamanya….

@Tim

Pelangi Diujung Senja



Leily Nurul Badriyah/KPMD Pemberdayaan Pekon Cipta Waras Kecamatan Gedung Surian Lampung Barat

Rinai hujan di pagi hari membuat tubuhku enggan untuk terbangun. Aku menatap langit-langit kamar ku sekilas, sebari menggeliat,Hooaamm…. Aku kembali menguap. Rasanya selimut ini ingin ku tarik lagi untuk menutupi seluruh tubuhku dan kembali terpejam. Baru saja aku menutupi seluruh tubuh dengan selimut, tiba-tiba pintu kamarku ada yang mengetuk.
Tok,,,tok,,,tok,,, “Nabilaaaa…. Bangun sudah siang, mau bangun jam berapa kamu ??”
Umi  dengan suara khas nya meneriakiku dari luar. Entah teriakan yang keberapa kalinya di pagi ini.
“hmmmm,, iya mi sebentar” jawab ku malas.
“dari tadi sebentar-sebentar terus tapi gak bangun-bangun, Aby kamu sebentar lagi pulang dari masjid tuh, kamu mau di omelin Aby lagi seperti tempo hari????”
Ujar Umi masih di depan pintu kamarku.
“iya Umiiii ini bangun ko,” balasku sembari turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.
“Masya Allah, anak Umi matanya masi merem aja, ayo cepet bangun, wudhu kemudian sholat shubuh biar seger”
“iya Mi,hoamm”
Umi pun membelai rambutku sembari menuntunku menuju tempat wudhu.
            Ketika aku selesai Sholat, tak lama Aby pulang dari masjid.
“tok,,tok,,tok,, Assalaamualaikum….”
“waalaikumsalam warahmatullah”
Jawab ku dan Umi serempak.
Aku pun membuka pintu.
“tumben anak Aby jam segini udah bangun” ledek Aby.
“Nabila kan udah tobat By,” jawabku sembari menyium tangan Abiy.
“itu juga karena tadi Umi ingetin soal omelan Aby tempo hari,hehehe” tiba-tiba Umy berseloroh.
“akh Umi,” ku cubit lengan Umiku tersayang.
“wahh, takutnya bukan sama Allah dong, tapi takut sama omelan Aby” ujar Aby.
“dua-duanya By, hehehe” selorohku sembari berlalu ke kamar.
            Aku duduk di depan meja belajarku, ku buka buku harian ku. Catatan pagi ini:
Hujan…. Tahukah kamu,,
Rinaimu adalah anugerah,
Anugerah sang pencipta yang maha pengasih,
Hujan…. Mungkin sebagian insan di luar sana tak menghendaki mu turun pagi ini.
Tapi aku,, aku tetap bersyukur, karena berada di bawah atap yang melindungiku. Aku bersyukur tak terlalu merasa dingin karena tersentuh oleh mu.
Ya Allah,, terimakasih atas anugerahMu. Bimbing aku untuk selalu bersyukur atas apa yang ku peroleh dariMu, Aamiin….
            Jam di dinding kamarku menunjukkan angka 06.00. hujan belum juga reda. Tapi aku harus tetap pergi ke sekolah karena ada ulangan Bahasa Indonesia. Ku raih handuk yang tergantung di pintu kamarku.
“Umi, ada air hangat tidak ?”
Tanyaku pada Umi.
“aiihh,, udah besar masih aja mandi pengennya pake air hangat.”
“dingin Umi sayang….”
“kebiasaan akh. Sudah sana mandi, nanti kesiangan lho,,ada ulangan kan hari ini?”
“iya Mi….” Jawabku santai.
30 menit kemudian….
            “Nabila, sarapan dulu. Nih udah Umi siapin nasi goreng kesukaan kamu, masih anget nih. Kalo udah dingin gak enak lagi lho….”
“Iya Mi, sebentar lagi, lagi pake kerudung nih.”
Tak lama aku pun keluar menuju meja makan.
“Aby mana Mi ?”
“Aby udah berangkat dari tadi, katanya ada rapat penting dengan koleganya yang dari luar kota, tau sendiri kan Aby kamu paling gak mau bikin orang nunggu”. Jawab Umi panjang lebar.
“oh gitu. Iya Aby emang orang paling disiplin Mi.” Ujarku sembari menyuapkan nasi goreng ke mulutku.
“tapi bagus kan ??”
Tambah Umi.
“iya sii,,ya udah Mi, Nabila berangkat ya Mi.”
“lho kok gak di abisin ??”
“kenyang Mi, mau ulangan. Kalo kekenyangan yang ada malah ngantuk nanti di kelas. hehee”
“bisa aja kamu, ya sudah. Hati-hati ya sayang, pulang sekolah langsung pulang, jangan keluyuran dulu.”
“iya Umi ku sayaaaang” ku cium tangan Umi dan ku kecup pipinya.
            Setibanya di sekolah….
“Nabilaaaa….”
Tiba-tiba ada seseorang yang suaranya tak asing lagi di telingaku sudah ada di belakangku. Ya, dialah Sasha, Sahabat ku sejak masi di bangku SD.
“hai Sha, udah belajar belum ?? tanyaku.”
“sedikit Na.tau sendiri semalem ujan deres banget. Aku belajar dari habis Maghrib sampai Isya. Habis Isya langsung tidur, heehee” seloroh Sasha.
“huuuu,,,,dasar” kataku sembari mencubit lengannya.
“auuu, sakit Sha !!” ujarnya meringis.
“akh lebay kamu”
Sasha tertawa. Kami pun beralan beriringan menuju kelas.
            Tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Ulangan pun dimulai. Dengan mengucapkan Bismillahirrahmaanirrahiim ku buka lembaran soal di tangan ku. “Ya Allah mudahkan segalanya, Aamiin” doaku dalam hati.
            Tiga puluh menit kemudian aku selesai mengerjakan semua soal. Aku optimis bisa mengerjakan hampir semuanya. Ku lihat Sasha yang duduk di belakangku. Dia terlihat sedikit gugup.
“tenang Sha, jangan tegang” hiburku.
Sasha hanya tersenyum dan memberikan isyarat agar aku segera keluar dan menunggunya di depan kelas.
Tak lama kemudian Sasha keluar dari kelas.
“gimana Sha ??” tanyaku.
“yaa,, 70 % lah Na. semoga gak mengecewakan hasilnya. Coba aku sepinter kamu Na”
“apaan sih Sha, aku juga sama kali kayak kamu, Cuma bedanya aku lebih seneng baca daripada nonton,hahaa” ujarku sembari berlari menjauhinya. Aku tahu apa yang akan dia lakukan terhadapku.
“Nabilaaaaaaaaaa !!!!! awas kamu ya” ancamnya.
            Jam di tanganku menunjukkan pukul 09.30.
“Sha, ke musholla yuk.” Ajakku setelah lelah berkejaran dengannya.
“ayuk. Tapi habis itu ke kantin ya, lapeeerrrr” jawabnya.
“huuu,, makan melulu kamu ini !”
“nutrisi ku udah abis buat ngisi soal tadi Na”
Aku pun tertawa mendengar celotehnya.
            Aku dan Sasha memang terbiasa mengerjakan sholat sunnah Dhuha setiap jam istirahat. Kata Aby sholat dhuha itu pembuka rezeki. Tapi sebenarnya bukan itu si alasannya. Aku memang sudah terbiasa di didik untuk mengerjakan sholat-sholat sunnah selain sholat wajib, untuk menambah pahala. Awalnya Sasha hanya bersedia menungguku di depan mushola sekolah. Tapi sekarang Sasha pun sudah mengikuti jejakku. Alhamdulillah, semoga Allah selalu memberikan keberkahan untuk Kami, Aamiin….
            Hujan belum juga berhenti meskipun tinggal gerimis.
“ujannya lama banget ya Na,” kata Sasha seraya membetulkan tali sepatunya.
“iya Sha, emang lagi musimnya kali”
            Baru saja kami hendak beranjak ke kantin, tiba-tiba ada pak Anton, kepala bidang kesiswaan di sekolah ku menghampiri.
“Nabila,,,,” panggilnya tergopoh-gopoh.
“iya pak, ada apa ?” tanyaku penasaran. Tidak biasanya aku berurusan dengan bidang kesiswaan. Karena biasanya yang berurusan dengan mereka adalah siswa-siswa yang bermasalah di sekolah.
“barusan Bapak dapat telpon dari Ibu mu….” Tambahnya sedikit gugup.
“Umi,,, kenapa dengan Umi saya Pak ?” aku penasaran. Aku takut terjadi apa-apa dengan Umi.
“Ibu mu tidak apa-apa, tapi ada berita buruk….” Pak Anton semakin gugup.
“ada apa pak ??” tanyaku was-was.
Sasha memegangi pundakku.
“kamu yang sabar ya, barusan Bapak dapat telpon dari Ibu mu bahwa Ayah mu mengalami kecelakaan ketika berangkat menuju kantornya, dan beliau meninggal seketika di Tempat. Saat ini jenazah beliau sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah mu.”
Seketika semua yang ada di sekelilingku terasa gelap. Aku hanya merasa seluruh badanku lemas seketika. Air mataku mengalir deras, dan tiba-tiba aku merasa limbung. Sayup-sayup ku dengar Sasha memanggil namaku sebelum akhirnya aku benar-benar tidak lagi mengetahui apa yang terjadi.

            Ku buka mataku perlahan. Aku menatap sekeliling, aku mengenal ruangan ini. Ya, ini kamarku. Sayup-sayup ku dengar isak tangis di sebelahku. Setelah mataku benar-benar terbuka, aku melihat Umi dengan matanya yang sayu. Ada juga Sasha yang tak kalah sembab matanya. Tiba-tiba aku teringat dengan kejadian di sekolah tadi.
“Aby….” Lirihku. Air mataku kembali berderai. Antara percaya dan tidak. Ini ku rasakan seperti sebuah lelucon dalam hidupku. Umi hanya memelukku dengan air mata yang terus berderai mengenai wajahku. Aku tahu Umi ingin menunjukkan ketegarannya di hadapanku. Dengan berusaha tersenyum, Umi berkata
“Sabar ya Sayang, Allah lebih mencintai Aby”.
Mendengar pernyataan Umi aku kembali terkulai. Ternyata benar, Aby yang ku cintai, yang tadi pagi masi ku lihat senyumnya, ternyata itu adalah senyum terakhir yang beliau tunjukkan kepadaku. Sasha menggenggam tanganku dengan erat.
“sabar Na, Umy bener, Allah lebih mencintai Aby kamu. kamu harus ikhlas.” Ucapnya pelan.
Air mataku semakin deras mengalir. Perlahan aku mencoba untuk bangun. Dengan di bantu Umi, Sasha dan beberapa tetangga aku berjalan perlahan menuju ruang tamu. Disana terlihat begitu banyak tetangga dan rekan-rekan bisnis Aby. Namun yang paling membuat hatiku begitu miris adalah sesosok tubuh yang terbujur kaku yang ditutupi kain di tengah-tengah kerumunan itu.
            Aku terjatuh tepat di samping wajah Aby. Lalu perlahan ku buka kain yang menutupi wajah beliau. Aku tak kuasa menahan air mataku saat itu. Ku dekap tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.
“Aby….” Ucapku lirih.
“kenapa Aby pergi secepat ini, sebelum Aby melihat Nabila mengenakan seragam Dokter seperti yang Aby inginkan” batinku.
Tiba-tiba Aku teringat kata-kata Aby tempo hari saat aku diceramahi oleh beliau.
“Nabila, Aby tidak pernah memaksamu melakukan semua hal yang Aby mau. Aby hanya mau kamu nurut sama Aby untuk taat sama agama kita. Selain manfaatnya buat diri kamu sendiri tapi itu juga akan bermanfaat buat Aby kalo Aby gak ada di rumah”.
Dulu aku hanya berfikir maksud perkataan Aby adalah jika beliau sedang pergi berbisnis,maka siapa lagi yang akan mendoakannya selain aku dan Umi. Kini aku mengerti,itu adalah pesan terakhirnya untukku.
Hujan mulai reda di ujung senja. jenazah Aby pun dikebumikan. Dengan berat hati aku melepas kepergian Aby yang di iringi oleh para tetangga dan rekan-rekannya. Dengan tersenyum Umi mencoba menguatkan ku, meski air mata yang terjatuh dari kelopak matanya tak mampu membohongiku bahwa hatinya pun menyimpan duka yang teramat dalam.
“sayang, lihat di sebelah barat sana,ada pelangi yang muncul sangat indah. Kamu tahu apa itu artinya ? artinya bumi bersedia menerima jasad Aby mu, bahkan pelangi pun ikut mengiringi kepulangannya” ujar Umi lirih.
Aku tahu Umi sedang berusaha menguatkanku, Umi ingin aku tersenyum lagi. Maka dengan sedikit dipaksakan, aku pun tersenyum.
“iya Umi, Nabila tahu. Semoga Allah memberkahi Aby disana dan melapangkan dada kita yang disini ” balasku tak kalah lirih.
Dalam hati aku berjanji, aku ingin menjadi pelangi untuk Umi yang selalu menemani dan mengiringinya seperti pelangi yang menghantarkan Aby ke tempat peristirahatannya yang terakhir di ujung senja ini….