“Kami bisa sewaktu-waktu menjual kopi ketika harga
naik”
Kalimat ini disampaikan oleh Bapak Sutrisno sebagai Tim Pemelihara
juga sebagai masyarakat penerima manfaat. Pada saat menerima Kunjungan
Monitoring kegiatan TA 2012 di Pekon Sukajaya, Pemangku 1. Berupa Rabat Beton
sepanjang 600 meter, oleh Bapak Agus Hernando (Asisten Faskab Lambar) dan Ibu
Yessy Oktora (Asisten Fastekab Lambar)
Menurut Bapak
Sutrisno, rabat beton ini sangat bermanfaat bagi kami khususnya pemangku I dan
masyakarakat dari Mekar Baru Sukajaya dan Pekon Sidodadi kec Pagar Dewa Lampung
Barat.
Dia
bercerita, “Dulu jalanan ini sangat sulit dilewati. Tanjakannya tebing (curam).
Lanjut Sutrisno “Kalau musim hujan jalanan ini sangat becek dan licin. Ban
motor harus dipasang rante. Itu pun masih sulit untuk dilewati.” Kami dulu
menjual kopi dengan menyewa ojek atau mobil hartop. Biaya sekali angkat sampai
Rp 50 ribu. Motor ojek itu bisa membawa kopi sampai 2 kwintal. Ketika kami
mendapat informasi harga kopi lagi naik, kami ingin segera menjualnya. Tapi
kondisi jalan masih belum bisa dilewati. Tukang-tukang ojek pun tidak berani
melewati jalan itu. Akhirnya menunggu agak kering. Menunggu ini bisa sampai
besoknya itu pun kalo tidak hujan lagi.
Waktu Menentukan Kesejahteraan.
Harga Kopi
bisa naik atau turun sewaktu-waktu, bahkan hitungan jam. Sehingga bagi petani
kopi hal yang sangat dibutuhkan untuk dapat untung lebih dari hasil panennya
adalah alat komunikasi. Selain itu hal yang sangat dibutuhkan lainya adalah
jalan. Bila kondisi jalan yang seperti diceritakan oleh Bapak Sutrisno di atas.
Sering terjadi adalah petani tidak dapat memanfaatkan harga baik ini. Dulu,
waktu jalan ini belum dirabat. Ketika kami mendapatkan informasi harga kopi
lagi tinggi, kami menunggu jalan bisa dilewati. Dengan menyewa ojek kopi kami membawa ke pengumpul, tetapi karena sudah sore, ternyata harga sudah turun
lagi. Kami kecewa, dengan terpaksa kami menjual dengan harga tersebut. Karena
kalo mau dibawa pulang lagi, kami harus menyewa ojek lagi. Sementara ojek yang
kami sewa untuk mengangkut kopi ini pun harus kami bayar. Sewa ojek ini bisa
mencapai 20 ribu perkarung 50 kiloan. Setiap motornya bisa mengangkut 4 karung.
Artinya setiap ojek kami bisa membayar Rp 80 ribu.
Inilah nasib
petani Pak. Kebutuhan lain pun harus segera dibayarkan, seperti hutang pada
bos. Kami sudah mengeluarkan uang cukup banyak dari merawat sampai dengan
menggiling kopi. Seperti pengalaman Pak Amat, untuk membantunya memetik kopi
dia mengupah dua orang dari Baturaja Sumatera Selatan. Upah ini secara
borongan, per karungnya Rp 50 ribu rupiah. Tahun ini kebunnya hanya
menghasilkan 6 kwintal lebih dikit. Ujar Pak Amat “Kalo saya tidak mengupah
orang, saya sudah gak kuat untuk mengangkat karung-karung 50 kg an berisi penuh
dengan kopi. Kebun saya sebagian lereng.” Lanjut Pak Amat “kopi saya bisa
membusuk karena sudah banyak yang merah-merah. Apalagi ini musim hujan”.
Jalanan ini menuju hidup kami lebih sejahtera
Kembali pada
cerita Pak Sutrisno yang juga, masyarakat di pemangku sini sangat merasakan
manfaat sejak dibangunnya jalannya. “Kami bisa sewaktu-waktu menjual kopi
ketika harga naik”. Seperti panen tahun ini. Saya menjual kopi dengan harga Rp
18 ribu/kg. Walau tidak semua hasil panenan saya jual, hanya setengah ton saja.
Karena saya berharap bisa menjual sisanya dengan harga yang lebih baik lagi.
Ternyata harga tidak naik lagi, bahkan turun sampai Rp 16 ribu. Terpaksa saya
jual juga. Untuk menutupi kebutuhan lebaran dan bayar hutang ke bos. Selain
itu, dari hasil panen ini adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup kami selama
satu tahun kedepan sampai kami menjual hasil panenan lagi.
Kami sangat
berterimakasih sekali pada PNPM MPd yang telah membangun jalan ini. Banyak yang
berubah dalam keseharian kami. Sekarang banyak pedagang bisa masuk sampai ke
Talang kami ini jajanan anak yang masuk setiap harinya, dari pedagang pakaian,
perabotan rumah tangga, sayur, sampai pedagang jajanan anak-anak. Kata Istri
Pak Sutrisno “waah sekarang repot Pak, hampir tiap sore orang yang jualan
jajanan masuk sini. Anak-anak pada minta beliin, dari mie ayam sampe es krim”. Lanjut
Istri Pak Sutrisno “ tapi kami senang sekali, karena kami tidak lagi merasa
kwatir dan takut jatuh kalau lewat jalan ini”
Pemeliharaan Demi Keberlangsungan
Menurut Pak
Sutrisno, bahwa pemeliharaan saat adalah berdasarkan musyawarah di Pemangku I.
Yaitu dengan membagi tanggungjawab pada RT I dan RT II. Bagian atas sepanjang
300 meter adalah tanggung jawab RT I dan bagian bawah sepanjang 300 meter RT
II. Pemeliharaan meliputi memperbaiki
jalan yang rusak, membersihkan rumput dan menimbun bahu jalan yang tergerus
air. Pemeliharaan ini tidak secara rutin, hanya sewaktu-waktu bila diperlukan.
Dan biaya dikumpulkan dari masyarakat dibagian tanggungjawabnya.
Pada kesempatan
monitoring itu, Pak Agus Hernando bersama FK-FT dan UPK menyampaikan pada tim
pemelihara tentang pentingnya pemeliharaan. Menurut Pak Agus Hernando “Bila
mengingat pentingnya jalanan ini bagi kehidupan masyarakat di Pemangku I Pekon
Sukajaya. Maka menjadi sebuah kebutuhan untuk memelihara.” Lanjut Pak Agus
Hernando “di PNPM MPd, tidak ada dana untuk pemeliharaan. Setelah selesai
kegiatan
kemudian
diserahterimakan pada masyarakat, maka masyarakat yang harus merawatnya”. Hal
ini disampaikan ketika di hadapan aparat pekon yang hadir pada saat monitoring
tersebut. Lanjut Pak Agus “sebaiknya tentang pemeliharaan ini dibuat sebuah
aturan tertulis, misalnya peraturan peratin atau bahkan Peraturan Pekon”. (R.Murdoko)