 |
Pendiri dan Penggerak Kelompok SPP Mandiri Kec Pagar Dewa Lampung Barat |
Menanjak menurun dan berdebu adalah medan jalan yang lumrah
bagi masyarakat di Pekon Margajaya Kecamatan Pagar Dewa Lampung Barat. Selama berpuluh-puluh tahun masyarakat yang
tinggal di daerah ini dihadapkan dengan kondisi sulit transportasi bila musim panas
berdebu dan kalau musim hujan berlumpur, bagi mareka jalan berdebu lebih baik
dibandingkan dengan jalan berlumpur karena ini akan mempercepat waktu tempuh,
sebab bila jalan sudah berlumpur ban motor harus di pasang rantai dan waktu
tempuh bisa berlipat-lipat. Akan mujur kalau tidak jatuh atau ban motor
terprosok sehingga badan mareka pun akan cedera.
Dalam kondisi cuaca panas jarak antara pekon Marga Jaya dan
Pekon Giham/Jalan Lintas Liwa Bukit Kemuning yang hanya sekitar 30 KM bisa di
tempuh dalam waktu 1 jam, sedangkan dalam kondisi cuaca hujan jalan berlumpur
waktu tempuh bisa mencapai 2 jam atau lebih tergantung tingkat kepandaian si
pembawa kenderaan. Namun apapun kondisi
medan jalan perjuangan untuk melanjutkan hidup harus terus dilanjutkan; inilah
yang yang terucap dari mulut tiga orang perempuan pengurus kelompok Simpan Pinjam
khusus Perempuan (SPP) Mandiri unit kegiatan PNPM-MPd Kecamatan Pagar Dewa yang
berdomisili di Pekon MargaJaya.
Ibu Wirniati yang dilahirkan di
salatiga 12/09/1975 istri dari Bapak Supandi dan Ibunda dari Miftahul Huda (20
Tahun) dan Hijatul Inayah (12 Tahun), dan Ibu Nurlelawati terlahir pada
21/04/1973, Istri dari Bapak Haryani Armando dan Ibunda dari Alpin prayoga (19
tahun), Cintia (14 Tahun), Dani (7 Tahun).
Ketiga nama ini di kenal sebagai perintis kegiatan Simpan Pinjam Khusus
Perempuan (SPP) bukan hanya marga jaya tetapi juga Kecamatan Pagar Dewa yang
dimekarkan dari Kecamatan Sekincau Tahun 2010.
 |
Kondisi Jalan Menuju Pekon Margajaya |
|
Tersebut nama Ibu Marsonita yang dilahirkan di Semarang pada
tanggal 29/06/1973, Istri dari Bapak Abidin dan ibunda dari Raihan (5
Tahun),
Berawal dari perasaan gundah karena pada media
sebelumnya tiga orang perempuan ini
adalah anggota kelompok simpan pinjam Pekon Basungan yang mendapatkan bantuan
permodalan dari DisKoperindag Lampung Barat pada tahun 2007. Dana bantuan awal sebesar 7 Juta rupiah yang
dikucurkan Diskoperindag Lambar selama 3 tahun, dikelola bersama Ibu-Ibu
lainnya berkembang menjadi 17 Juta.
Namun ketika pekon Margajaya dimekarkan dari Pekon Basungan dengan alasan bahwa
domisili ibu-ibu ini bukan lagi di Pekon Basungan tetapi Pekon Marga Jaya Ketiga perempuan ini bersama teman-temannya
diminta untuk keluar dari kelompok Simpan Pinjam Pekon Basungan dan hanya
dikembalikan simpanan pokoknya sebesar Rp 10.000/orang dan Pesangaon Sebesar Rp
200.000,- Alhasil total dana yang mareka
terima sebesar Rp. 360.000 ,- (Tiga Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah). Sambil bertutur kepada Tim yang berkunjung ke
Pekon Margajaya Siang itu Ibu Wirniati meneteskan air mata mengenang pahit
getirnya perjuangan yang telah ia dan teman-temannya lakukan untuk mengembangkan
kelompok Basungan dan perasaan sedih ketika harus menerima kenyataan mareka
harus hengkang dan hanya mendapat bagian Rp 360.000,- . Dan untuk melampiaskan kesedihannya Ibu
Marsonita, Wirniati, Nurlelawati dan atas persetujuan teman-teman mareka
lainnya bersepakat membelanjakan
uang ini untuk membeli sebuah pigura
bertuliskan Sumpah Setia PKK dan di kembalikan lagi ke Pekon Basungan. Cerita ini akan selalu terkenang bukan untuk
dendam, tetapi ini akan selalu memotivasi kami untuk memajukan kelompok yang
sekarang kami gerakkan. Kata Wirniati.
 |
Pertemuan Rutin Kelompok SPP Mandiri Kec Pagar Dewa |
Lalu bagaimana dengan kelahiran dan perkembangan kelompok
Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Mandiri Kecamatan Pagar Dewa..??? Kelompok mandiri lahir selain dari cerita di
atas juga karena dorongan para suami dari ketiga permpuan ini. Diselimuti rasa sedih saat bergabung dengan
kelompok Basungan sebelumnya membuat ketiga perempuan ini orah-ogahan untuk
menjalin kemitraan dengan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Pagar Dewa
yang menawarkan SPP kali pertama.
Apalagi yang terbersit dipikiran ketiga ibu rumah tangga ini bahwa
idealnya simpan pinjam harus berangkat dari skema musim produk hasil pertanian
masyarakat Kecamatan Pagar Dewa pada
umumnya yaitu satu tahun sekali, dengan kata lain bahwa idealnya pinjaman pun
harus dicicil satu tahun sekali, dan ini tidak memungkinkan diprogram SPP yang
harus dicicil setiap satu bulan sekali.
Lagi-lagi peran para suami yang mempengaruhi keputusan ketiga perempuan
ini sehingga akhirnya menerima system yang di tawarkan oleh Unit Pengelola
Kegiatan (UPK) Kecamatan Pagar dewa; Suami saya yang kebetulan Peratin di sini
yang terus mendorong kami. Kata Nulela
Dengan segala pertimbangan pada tahun 2012 ketiga perempuan
ini memutuskan untuk membentuk kelompok SPP Mandiri dan mengajukan pinjaman ke
Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Pagar Dewa dengan jumlah pinjaman untuk
pertama kali Rp 19.000.000,- untuk sepuluh orang anggota dan pengurus. Jumlah yang terlalu kecil jika dibandingkan
dengan jumlah uang yang pernah dikelola sebelumnya dan kebutuhan pengembangan
usaha anggota. System dan bunga yang
telah disepakati dengan UPK Kecamatan Pagar Dewa sebelumnya oleh kelompok
Mandiri yang beranggotakan sepuluh orang di modifikasi dengan maksud dan tujuan
memajukan kelompok. Dari modifikasi ini
yang paling kentara adalah alokasi bunga yang dipatok 4 % dan telah disepakati
dalam kelompok. Pembagian 4 % ini dibagi
menjadi: 2 Persen untuk pengembalian modal, 1 Persen Simpanan Kelompok,
dan 1 % untuk pengurus. Semua
anggotanya menyepakati system ini, dengan model ini dirasa bukan saja lebih
cepat berkembang tetapi lebih nayaman dan aman bagi kelompok yang notabene
usahanya dari berdagang sayur-sayuran dan kelontongan ini. Hal ini dapat dilihat dari pola yang di
terapkan saat ini, dimana selain mengelola dana dari UPK kelompok mandiri juga
mengelola dana 5 juta yang di gulirkan ke anggota lainnya (diluar anggota
kelompok mandiri yang telah menyerap dana SPP dari PNPM-MPd yang laba atau
keuntungannya murni untuk kemajuan kelompok mandiri atau di gulirkan kembali. Dan berkat pola ini pula dalam kurun waktu 2
tahun ini kelompok mandiri kini telah berkembang menjadi menjadi 4 kelompok
yaitu mandiri I, mandiri II, mandiri III, dan Mandiri IV. Dalam
kurun waktu kurang lebih 2 tahun, juga tidak sedikit rintangan dan hambatan
yang dihadapi ketika awal hendak mengembangkan kelompok ini, mulai dari
cemoohan dan ejekanpun kerap di terima oleh ketiga perempuan ini; julukan
rentenir lintah darat pernah kami terima. Kata Wirniyati
 |
Kebun Kacang Milik Anggota Kel SPP Mandiri II |
Kini kenangan saat awal pendirian dan proses pengembangan
akan selalu menyertaai kelompok mandiri menuju kemandirian, suka duka akan
berujung manis pada saatnya nanti. System
cicilan perbulan tidak selamanya memberatkan kalau kita konsisten dan rajin,
setidaknya kalimat ini yang selalu di katakan oleh Ibu Marsonita ketika
melakukan sosialisasi manfaat program SPP ke Pekon-Pekon lainnya di Kecamatan
Pagar Dewa di tengah kesibukannya yang juga dipercaya oleh masyarakat sebagai
anggota Badan Kerjasama Antar Pekon (BKAP) Kecamatan Pagar Dewa.
Di akhir pertemuan dengan tim Ibu Nurlela dan Ibu Wirniati
juga menegaskan bahwa apa yang telah mareka alami dan rasakan adalah bukti nyata
manfaat keberadaan program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP). Kedua perempuan ini hanya berharap program
ini akan bisa menampilkan cerita-cerita dari kelompok dan perempuan lainnya di
negeri ini. Semoga (tim.)