BREAKING
Tampilkan postingan dengan label Pandji. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pandji. Tampilkan semua postingan

Rabu, 05 Maret 2014

Membangun Kebersamaan Diatas Puing-Puing Ketidakpercayaan


Iqbal Pandji Putra/Fasilitator Sosial PNPM-Perkotaan Bandar Lampung


Membangun sebuah komunitas yang peduli pembangunan harus berdasarkan  kemauan dan kehendak  dari  masyarakat  tersebut  untuk berbuat sesuai harapan masyarakat sendiri. Bila ini tidak terjadi maka pelaksanaan program yang di hasilkan menciptakan kembali program yang pragmatis dan penuh kerja orientit.
Pelajaran yang di dapat dari pemdampingan di berbagai  lokasi program PNPM mandiri perkotaan , menunjukan peran partisipasi masyarakat untuk terlibat secara proaktif dan berkelanjutan belum menunjukan keberhasilan secara menyeluruh.  Ini menjadi kritik bagi pemdampingan yang terjadi di masyarakat untuk segera berbenah diri  untuk  sering berbagi persoalan dan mau bersusah payah.
Persoalan tidak hanya ada di pendampingan masyarakat tapi juga di peran aparat lokal masih belum memberikan contoh teladan bagi masyarakat.  Masih banyak kepentingan pribadi yang lebih di utama daripada kepentingan masyarakat. Pola pikir ini terjadi secara sistemik di karena pola pikir yang ada, bahwa pekerjaan yang berlangsung di kelurahannya  adalah proyek charity yang memberikan keuntungan sepihak.
Persoalan-persoalan di atas menunjukan  perlu ada pembelajaran kembali  arti pentingannya membangun kebersamaan dalam membrantas kemiskinan,  perlu kerja keras dan perhatian yang sangat mendalam bagi semua elemen masyarakat dan apartur pemerintah.
Seperti yang di mandatkan dalam Pedoman  Pelaksanaan PNPM Mandiri  Perkotaan  Bab IV  Membangun Integritas “ proyek ini memberdayakan masyarakat ( terutama penerima manfaat proyek) untuk mengelola sub-proyek dan bertanggung jawab terhadap kualitas teknis dalam penyediaannya, maupun hasilnya/ keluaran, pada tingkat kelurahan/desa” Artinya melalui partisipatif  aktif seluruh komponen masyarakat untuk menginginkan pelayan dari pemerintah kota dan menjamin akuntansi yang transparan dari sumber daya yang sudah di peruntukan, sehingga tercapai pengelolaan dan manajemen yang efektif dan perbaikan pencaharian masyarakat.  
Pengawasan yang lebih oleh masyarakat, akan mengurangi resiko korupsi dan penyalah gunaan kekuasaan. Tetapi bila tidak di tunjang kridebiltas penegakan hukum dan kepolisian yang baik, akan berdampak pada tidak ada kepercayaan lagi atas pengaduan yang ada di masyarakat. Seperti contoh kasus yang terjadi di tahun 2006-2008 di 3 kelurahan kecamatan Panjang , banyak sekali pengaduan masyarakat dan pendampingan  untuk menyelesaikan persoalan ekonomi bergulir  yang digunakan oleh Oknum LKM, Masyrakat dan aparat lokal.
Saksi dan penyelesai kasus yang terjadi pada program ini sangat lemah.  Program ini lebih banyak toleransinya seperti yang diucapkan oleh beberapa pengurus baru BKM/LKM periode 2008 – 2011 yang menerima serah terima kepengurusan BKM/LKM dari pengurus lama. (diskusi dengan pengurus baru BKM/LKM).
Kemandirian  lembaga masyarakat ini dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan bersama bagi masyarakat tidak mampu, mandiri dan berkelanjutan adalah harapan yang terus  di tingkatkan sehingga masyarakat mampu mengambil atau memutuskan keputusan yang berkaitan kebijakan publik di tingkat lokal agar berorientasi kemasyarakat tidak mampu dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Gambaran lembaga masyarakat seperti yang diatas hanya akan tercapai apabila orang yang di beri amanat sebagai pemimpin masyarakat adalah orang yang peduli, kometmen kuat, iklas, tanpa pamrih dan jujur sertaberkorban untuk kepentingan masyarakat tidak mampu, bukan untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Tentu hal ini bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah, karena upaya-upaya membangun kepedulian, kerelawan, komitmen tersebut adalah proses perubahan pola pikir dan pola tindak yang di topang dengan tata pemerintahan bersih dan pemerintahan yang pro dana untuk orang tidak mampu.
Tulisan ini merupakan pandangan yang di peroleh dari belajar bersama masyarakat se-kecamatan Panjang dan berbagi pengalaman dari kawan-kawan yang melakukan pemdampingan masyarakat. Khususnya di program PNPM Mandiri Perkotaan di Provinsi Lampung. Dari hasil melakukan tinjau partisipatif di basis (RT)  yang dilakukan di 6 kelurahan di kecamatan Panjang dan 1 kelurahan di Kecamatan Teluk Betung Selatan ada beberapa  persoalan,  harapan dan keinginan dari beberapa masyarakat dari pelaksanaan  Program Nasional Pembedayaan Mayarakat Mandiri Perkotaan ( PNPM-MPk) . Beberapa persoalan dan masukan dari berbagai pertemuan, kami coba menganalisa dengan menggunakan Analisa SWOT , seperti rangkuman sebagai berikut :
SWOT analisa kelembagaan
Kekuatan
Kelemahan
·         Masih ada beberapa kepedulian masyarakat
·         Ada pembelajaran kritis dalam pengelolaan kelembagaan
·         Kebersamaan dan persaudaraan antar masyarakat
·         Punya visi dan misi kelembagaan yang jelas
·         Partisipasi masyarakat baik perempuan dan laki-laki
·         Masih ada kepentingan kelompok dan wilayah
·         Belum terbangunan kesadaran kritis, masih kesadaran semu
·         Kepentingan pribadi sangat mendominasi
·         Visi dan misi masih belum dipahami secara nyata/konkrit
·         Keterlibatan masyarakat masih  20% jumlah penduduk dewasa

Peluang
Ancaman
·         Masih ada nilai dan norma yang berkembangan di masyarakat
·         Kemauan untuk belajar berorganisasi dan berserikat
·         Ada kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat sekitar
·         Ada Perbaikan lingkungan dan ekonomi
·         Hilangnya norma dan nilai yang berkembang di masyarakat
·         Organisasi dan berserikat untuk kepentingan pribadi
·         Hilangnya kepercayaan terhadap program
·         Pembangunan tebang pilih


SWOT Capaian Profil BKM

Kekuatan
Kelemahan
·         BKM memiliki legalitas dan legitimasi sebagai lembaga permanen
·         Intervensi program melalui siklus menjadi kemampuan baru dan potensial untuk berkelanjutan
·         Modal sosial di dongkrak melalui BLM dan Tridaya
·         Ada dukungan dari aparat pemerintah
·         Kepentingan elit mengabaikan kepentingan kelompok marginal dan perempuan
·         Akses program tidak memberdayaan warga namun menjadi instrumen yang dikuasai kelompok elit untuk mobilisasi sumberdana (berebut pengaruh)
·         Pola partisipatoris tanpa diawali persiapan sosial yang cukup berubah menjadi “dominasi baru”
·         Pragmatis program
Peluang
Ancaman
·         Menumbuhkembangkan kelembagaan sosial ekonomi dan pengembangan lingkungan yang berkelanjutan
·         Pengalaman masa pendampingan potensial ditindak lanjuti melalui kemitraan dengan lembaga lain
·         Masyarakat basis yang terorganisir, memiliki kemampuan mengelola program dan mengembangkan keswadayaan potensial menjadi kelompok menengah pelopor perubahan sosial
·         Kepercayaan pihak luar (channelling) untuk program
·         Muncul ketergantungan terhadap asupan luar
·         Pada giliranya kesuksesan berpotensi memunculkan konflik interes (horisontal)
·         Akses simiskin/ marginal kalah untuk kepentingan pribadi, golongan dan modal besar
·         Ketahanan dan kedaulatan bila tidak terpelihara muncul mobilisasi kepentingan politik bukan (sebaliknya) kesadaran kritis “baru” dalam berbangsa dan bernegara