BREAKING

Rabu, 14 Mei 2014

JADI APA AKU KELAK..????




Sore itu rabu 12  oktober 2011, Pukul 16.30 waktu Suoh dan sekitarnya, pulang dari memfasilitasi Musyawarah Pekon Pertanggungjawaban penggunaan dana BLM di salah satu pekon di Kecamatan Suoh, aku menelpon Istri tercinta yang lagi kutitipkan pada mertua di daerah Cibubur Jakarta Timur, menanyakan kabarnya hari itu dan kabar anakku di dalam kandungannya yang baru berumur delapan bulanan.

Selesai teleponan mandi dan siap-siap mau sholat magrib, selesai sholat makan malam, pukul 20.00 kurang lebih telepon genggamku bunyi kakak iparku yang nelpon, “Sir jangan panik, istrimu malam ini sudah di rumah sakit, dan udah di tangani dokter, tadi istrimu mengalami pecah ketuban.
Walau sudah di pesan untuk tidak panik tetap aja perasaan panik itu ada, malam itu aku langsung menghubungi kakakku untuk minta tolong di pesankan tiket bus, dengan di temani saudara  angkatku di Suoh sini, kurang lebih pukul 20.15 kami berangkat dari Suoh.

Kurang lebih perjalanan satu jam dari Suoh, tepatnya di daerah hutan kawasan, baru saja selesai hujan inilah petualangan yang sesungguhnya dimulai, motor susah sekali dikendalikan dengan setabil karena selain jalannya menanjak jalannya masih tanah merah berlumpur, biasanya aku kalo pulang dan jalanan becek pake rantai yang dipasangkan pada roda motor, kali ini kebetulannya aku lagi tidak bawa rantai karena buru-buru ditambah  panik.
Pukul 01.00 dini hari kami nyampe di pekon ringin jaya dengan napas ngos-ngosan, keringat mengucur deras dan mandi lumpur, kami menukarkan motor di rumah salah seorang anggota kelompok SPP, yang kebetulan motornya ada dan rantai bannya. Kami teruskan perjalanan sekitar 17an kilo meter lagi jam menunjukkan angka 1.17 Wib, motor ini agak membantu hanya saja karena motor ini pake kompling tangan, jadi kami berdua tidak bisa gentian nyetir, celakanya setiap jalannya ada kubangan kami berdua jatuh karena kakiku tidak sampai untuk nyentuh tanah, di tambah kondisi tubuh sudah letih dan kedinginan. selama pake motor ini kuhitung tujuh kali kami jatuh dan tercebur dalam kubangan air campur lumpur.

Pukul 2.20 WIB rante ban kami putus, beruntungnya sekitar 50an meter di depan kami ada warung yang biasanya jual onderdil motor, dengan sisa-sisa tenaga kami dorong motor ke warung tersebut, tapi si pemilik warung ragu untuk membukakan warungnya mungkin karena sudah terlalu malam, dan di tambah gerimis, kebetulan juga warung ini menyendiri ditengah perkebunan kopi jauh dari perkampungan, tapi karena aku memaksa dan mengenalkan diri, ahirnya pemilik warung mau juga membukakan warungnya dan membantu kami nyambungin rante ban.
Dalam kondisi normal aku gak akan sanggup untuk meneruskan perjalanan ini badan dan tulang terasa remuk semua, tenaga semua terkuras habis, mata ngantuk badan basah kuyup, jadi menggigil kedingan.  Pukul 4an kami sampai di pekon Tiga Jaya, kecamatan Sekincau kemalangan datang lagi, rante ban motor kami menggulung di Gear depan, syukurnya sekitar 10 meteran rumahnya peratin (kepala desa) pekon ini, kebetulan aku kenal baik dengan beliau.  Kami ketok rumahnya, maksudnya kalo boleh pinjem motor kalo tidak boleh ya kamiau numpang Tidur / minep, aku udah pasrah gak mungkin lagi berangkat ke Jakarta jam segini, pak peratinnya baik banget menawarkan tempat minep atau sudi meminjamkan motornya untuk kami meneruskan perjalanan, aku senang banget dengan tawaran ini, kami di pinjami motor berkopling, lagi-lagi masih harus aku yang setir motornya.

Sampe rumah jam 5 subuh, bersih-bersi lalu tidur, baru aja lelap udah di bangunkan travel udah nunggu, selama perjalanan aku tertidur. Transit di Bandar Lampung, pake travel aku lanjut ke Bakauheni, aku agak tenang karena istriku telpon mengabarkan kalo kondisinya udah membaik dan saran dokter mondok di rumah sakit sampai melahirkan .

Jam 1siang aku dapat kabar  kalo istriku udah bukaan tiga, aku agak menyesal dapat kabar ini karena kabar ini terlambat kalo saja kabar ini lebih awal aku bisa naik pesawat, tapi ini aku udah di atas kapal laut.
Tepat pukul 15. 47 Wib aku mendapat kabar bahwa anakku lahir, pandanganku menerawang jauh di ketengah lautan tak terasa air mataku menetes tanpa dapat kukendalikan, aku merasa berdosa pada istriku, berjuang melahirkan anak kami sendirian, sementara aku masih di ombang-ambingkan ombak, kapal berlayar serasa pelan sekali   Setelah sandar di pelabuhan merak aku berlari mencari travel, ku carter trevel sampai daerah cimanggis Depok.
Sesampainya di Rumah sakit langsung kupeluk istriku tersayang,  kami berdua berangkulan sambil sama-sama menangis, beberapa saat kemudian aku mulai bisa mengendalikan perasaanku, kuamati sekitar ruangan tapi yang membuat aku agak heran bayiku gak ada di samping istriku” mana Anak kita Dek?”
“Masih dirawat bidan bang di ruangan Ferinatologi” jawab Istriku. Kenapa mesti dirawat Dek!!!  Suara ku agak ninggi dan kembali panik tambah bingung, berat badannya rendah mengharuskan dirawat di ruang Ferinatologi. kata istriku

Aku berlari ke ruangan itu tapi gak boleh masuk hanya boleh liat dari balik kaca, hatiku menjerit melihat bayi kecil itu harus di infuse dan diberi alat bantu nafas serta selang makan dimulutnya. Aku gak tega melihat itu kalo bisa di tukar biar aku yang ngejalani itu semua.. Sampai aku di ruangan istriku aku menangis sejadi-jadinya..  Setelah agak tenang dan menyadari semuanya harus kujalani, kuraih HP untuk minta izin pada Fasilitatator kabupaten (Faskab) untuk izin meninggalkan lokasi tugas sekalian berbagi kesedihan (curhat), dan dengan bijak Faskab menjawab “ kalo Mau merdeka harus dilawan, kalo menyerah berarti kematian” luar biasa makna kalimat ini aku harus melawan dan memeperjuangkan anakku menghadapi kenyataannya tidak boleh menyerah, kami harus merdeka….
Dalam termenungku, lamunan ku terselip Tanya dalam hati mau jadi apa aku kelak makna sebenarnya dari kalimat itu setelah semuanya kualami apa yang akan menjadi akhir dari kerjaanku ini yang mengharuskan aku terpisah dari istri dan anakku.
Semua ini harus kulawan biar kelak kami bertiga merdeka dan mengenyam hasil dari perjuangan ini……
Selama 20 hari  anak kecil itu di Rawat di ruang Ferinatologi
Ini konsekwensi nak atas pilihan yang ayahmu jalani……..” jadi apa anak ku  kelak” moga lebih baik dari ayahmu ini….

Serba Serbi Sertifikasi (bagian kedua)


Fasilitator Kecamatan

“thanks you sang pemberi hidup untuk awal yang mudah dan indah #sertifikasi go “ kalimat pertama yang saya posting di akun medsos dan bbm saya begitu saya mulai memasuki tahap uji kompetensi
*
Minggu kedua pelaksanaan uji kompetens, saya  terdaftar sebagai salah satu peserta, berdasarkan informasi yang saya peroleh ketika mengikuti ist prauji yang dilakukan di kabupaten,beberapa aplikasi dan fortopolio sudah saya perbaiki, saat yang dinantipun tiba. Lokasi uji kompetensi kali ini berbeda dengan minggu sebelumnya yakni di sekretariat IPPMI Lampung.
Meski ujiannya sendiri baru di mulai besok, kami para peserta sepakat untuk kumpul terlebih dahulu sebagai langkah untuk meminimalisir kesalahan yang akan terjadi terkait dengan kelengkapan data dan persiapan fisikis kami sendiri, saya dan rekan rekan peserta lainnya sudah tiba di lokasi pra assesmen uji kompetensi,meski waktu pelaksanaannya mundur cukup lama dari yang di jadwalkan kami sabar menunggu sambil saling tukar informasi dan kelengkapan data dengan rekan –rekan lainnya,termasuk yang saat itu juga kami kerjakan bersama adalah surat rekomendarsi dari koordinator propinsi Lampung,di buat secara kolektif kemudian di tandatangani dan di cap saat itu juga.

**
Sabtu 08 Maret 2012,pukul 09.00 wib smua peserta,asesor dan panitia pelaksana berkumpul di aula yang tidak terlalu luas,mendengarkan pengarahan-pengarahan dari para pengurus TUKS DPD IPPMI Lampung dalam suasana yang nyaman,ini jelas membuat efek yang sangat positip sekali terutama bagi saya,paling tidak sesuatu yang dimulai dengan nyaman bisa mengurangi ketegangan dalam hati saya, rilek yang memang sangat saya butuhkan dalam situasi seperti ini.
Babak pertama uji kompetensi pun dimulai dengan tes tertulis berupa 289 soal  atau  terdiri dari dari 8 unit kompetensi yang di ujikan,berupa soal pilihan multifulcois serta soal pilihan benar atau salah dengan waktu pengerjaan dua jam.dengan konsentrasi penuh saya dan rekan-rekan lain mulai mengerjakan soal satu demi satu, konsentrasi kami mulai terpecah ketika belum satu jam berjalan ada beberapa peserta yang sudah selesai keluar meninggalkan ruangan.
Babak  selanjutnya adalah sesi wawancara,tentu saja wawancara ini dilakukanan setelah ada koreksi hasil ujian tertulis karena hanya poin-poin yang di nyatakan salah dalam ujian tertulis saja yang akan di kembangkan dalam bentuk wawancara dengan asesor.pada tahap ini para asesi di bagi menjadi empat kelompok sesuai dengan jumlah asesor penguji yang ada dengan latar pengalaman berbeda-beda,menggunakan ruangan secara terpisah. Pada saat pemeriksaan portopilio di kelompok, secara sangat menguntungkan  berkas portopolio saya di nyatakan yang paling memenuhi syarat,sangat melegakan karena saya tidak perlu melakukan perbaikan lagi. Meskipun ada beberapa teman dalam kelompok kami yang harus melakukan perbaikan.

***
Di kelompok yang saya ikuti,kebetulan sayalah yang pertama mengikuti sesi wawancara dengan asesor,meski deg-deg an saya memantapkan hati memasuki ruangan dan berusaha bersikap tenang.setelah mendapatkan penjelasan dari asesor poin-poin apa saya yang akan jadi bahan untuk mewawancarai saya, sesuai dengan kesalahan yang yang terjadi pada sesi tes tertulis. “elly punya keahlian apa selain sebagai fasilitator”pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh asesor,saya sempat sedikit membelakan mata, bingung dengan kpertanyaan yang dimaksut,tapi untungnya asesor saya cepat menangkap kebingun saya, dan menjelaskan mengenai keahlian atau potensi lain yang ada pada diri saya saat ini. Dan seketika juga dengan pede nya saya menjawab “saya bisa nulis pak” kemudian obrolan seputar wawancara yang saya ikuti mulai berkembang dan fokus sampai selesai. Dan menurut saya ternyata semua yang jadi bahan uji kompetensi tersebut sudah kita lakukan sudah kita klerjakan,sudah kita alami dilapangan ,hanya kita tidak tau untuk membahasakannya dalam bahasa yang lebih ilmiah. Saya merasa lega,sehingga begitu keluar dari ruangan  saya langsung meposting status akun  di media social dan blackberry saya “thanks you sang pemberi hidup untuk awal yang mudah dan indah #sertifikasi go “ 

S e l e s a i.......