BREAKING
Tampilkan postingan dengan label Liwa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liwa. Tampilkan semua postingan

Senin, 29 Desember 2014

MENJELANG BERAKHIRNYA PROGRAM PNPM-MPd


Foto Bersama Usai Rakor (Foto#Nasir)

LIWA (Lampung Barat) : Menjelang berakhirnya Program PNPM-MPd 2014, dipandang perlu melakukan Langkah-langkah Early Warning System (EWS) dalam upaya menjaga pelestarian asset Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) di Kabupaten Lampung Barat.  Hal ini disampaikan oleh Tim Fasilitator Kabupaten Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) Kabupaten Lampung Barat saat acara Rapat Koordinasi bersama Fasilitator Kecamatan (FK) Pemberdayaan dan Tekhnik se Lampung Barat.
Fasilitator Kabupaten (Faskab), Ali Rukman,S,Sos dalam Rakor tersebut menjelaskan bahwa Fasilitator Kecamatan (FK) baik tekhnik maupun pemberdayaan harus senantiasa fokus pada tugas-tugasnya di lapangan, sehingga di akhir Desember 2014 semua kegiatan dipastikan terealisasi dengan baik. Pihaknya juga berharap agar FK/FT tetap sinergi , proaktif, profesional, dan proposional dalam penyelesaian tugasnya pasca berakhir nya Program PNPM-MPd di tahun 2014 ini, “Kalau pekerjaan selesai, artinya dimungkinkan pada januari 2015 mendatang kawan-kawan Fasilitator Kecamatan tidak lagi dibuat pusing untuk mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) RKTL 2014 yang masih ketinggalan” jelasnya.
Masih kata Ali Rukman, pihaknya meminta kepada seluruh Fasilitator Kecamatan untuk melakukan pengidentifikasian terhadap seluruh Asset PNPM-MPd yang ada di wilayah tugasnya masing-masing, dengan melampirkan beberapa dokumen seperti Surat Penetapan Camat (SPC) yang berkenaan dengan semua Kegiatan fisik yang didanai oleh Program PNPM-Mpd, Kegiatan dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dan juga Sumberdaya Manusia dalam hal ini pelaku-pelaku PNPM-MPd yang ada tingkat Pekon dan Kecamatan.
Sementara itu Fasilitator Tekhnik ( FasTKab) Kabupaten Surya Emharis,ST juga menyampaikan bahwa Fasilitator Kecamatan diharapkan untuk menyusun Dokumen Serah Terima kepada masyarakat melalui Badan Kerjasama Antar Pekon (BKAP) dan Kasie Pemerintahan Masyarakat Desa (PMD) Penaggungjawab Operasional di masing-masing kecamatan wilayah tugasnya. Sehingga pada awal  Januari 2015 mendatang sudah di inventarisasi dan disampaikan melalui Badan Kerjasama Antar Pekon (BKAP) dalam Rapat Koordinasi Kelembagaan.
Selain itu, Fasilitator Keuangan Kabupaten (Faskeu), Ibnu Walidin, S.Kom menambahkan dokumen serah terima harus mengacu kepada form standar serah terima kegiatan yang telah ada, dan juga melampirkan Surat pernyataan terkait kewenangan penarikan dana setelah terima, dan bagi kecamatan yang dana BLM Kegiatan dan BLM Dana Operasional Kegiatan (DOK) nya sudah habis maka dapat segera melakukan tutup buku rekening, lalu dana bunga Bank nya di alokasikan untuk peningkatan kapasitas  di Kecamatan.tambahnya.
Di sela-sela acara Faskab PPU, Sunarto,SE  juga menyampaikan bahwa dana SPP yang ada di Kabupaten Lampung Barat berkisar sebesar Rp.11,6 Milyar dari 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Barat. Sehingga untuk memperkuat aset Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dana bergulir yang ada di masyarakat maka di harapkan agar FK/FT dapat memfasilitasi kelembagaan yang ada, dalam rangka penguatan kapasitas kelembagaan yang ada, dengan selalu mengedepankan adanya pertemuan rutin oleh kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) , hal ini bertujuan untuk pelestarian aset dana SPP perguliran yang ada di Kecamatan Se Kabupaten Lampung Barat. imbuhnya.
Tim Building di Sela-Sela Rakor  (Foto #Elida)
Pembagian Hadiah Pemenang Lomba (Foto#Elida)
Usai diskusi dan penyampaian materi-materi oleh Tim Faskab, di penghujung acara dilanjutkan dengan sesi “ merajut mimpi dengan mengedepankan kegigihan dan keikhlasan dalam bekerja”, hal tersebut di sampaikan oleh Sekretaris Ruang Belajar Masyarakat (RBM) Lampung Barat, Duta Suhanda yang juga Pimpinan Studio Radio FM. Mahameru Liwa, yang bertujuan untuk menginspirasi semua pihak terutama tataran kawan-kawan Fasilitator Kecamatan agar selalu optimis  serta melakukan kerja nyata dengan mengedepankan kegigihan dan keikhlasan.
Acara Rapat Koordinasi tersebut berlangsung selama dua hari sejak 23-24/12/2014 di Paradise Surfcamp, Pantai tanjung setia Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat. Acara Rakor tersebut juga dimeriahkan dengan Tim Buillding seperti lomba permainan lari cepat menggunakan sendal terompah secara beregu, Bola Pantai, dan balap Sambung Bambu Bola Pimpong... (HermanJaya)

Kamis, 17 Juli 2014

Bukber Untuk Tingkatkan Kerjasama




Liwa Selasa, 15/07/2017: Untuk memperat ikatan silaturahmi dan meningkatkan  kerjasama  BSM KCP Liwa menggelar acara buka bersama UPK, FK/FT, dan Tim Faskab PNPM-MPd Lampung Barat.
Bertempat di RM Ayuni Way mengaku  UPK, FK/FT,  dari kecamatan Batu Ketulis, Belalau, Balik Bukit, Sukau, FasTkab, Faskab Lampung Barat menghadiri undangan BSM KCP Liwa dalam rangka buka bersama.  Acara ini tidak di hadiri oleh perwakilan pelaku PNPM-MPd   dari kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kecamatan Batu Brak, dan Kecamatan Lumbok Seminung yang juga selama ini menjadi mitra dari BSM Liwa karena kesibukan.  Bapak Iwan Saputra (UPK Kec Belalau) sebagai pihak yang dititipkan undangan mengatakan bahwa semua kecamatan sudah diteruskan  undangannya, namun karena kesibukan maka tidak semua bisa hadir, “Semua sudah kita undang, tapi mungkin karena sibuk maka tidak hadir semua”. Kata dia
Acara buka bersama ini dikemas secara sederhana yaitu buka bersama sebagai acara inti dan pembagian buah tangan dari BSM KCP Liwa kepada peserta yang hadir setelah acara buka bersama dilaksanakan atau saat pelaku hendak meninggalkan tempat acara.  Dalam pengantarnya Pimpinan BSM KCP Liwa Bapak Ujang  Murni mengatakan bahwa  acara ini di adakan  bertujuan semata-mata untuk meningkan ikatan silaturahmi dan kerjasama yang selama ini telah terjalin.  Dengan moment seperti ini kerjasama yang telah terbangun mudah-mudahan akan semakin baik yang pada akhirnya akan berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat Lampung Barat.  Selain Bapak Ujang Murni Bapak Yogi juga menyampaikan bahwa jika ada hal yang kurang berkenan selama kerjasama ini terjalin dimasa datang mohon langsung disampaikan ke BSM KCP Liwa agar dapat segera  kami benahi; “Kedepan kalau ada yang kurang berkenan atas pelayanan kami, mohon sampaikan ke saya atau ke Bapak Ujang” Kata Yogi.
Untuk menanggapi sambutan dari pihak BSM KCP Liwa Tim Pelaku PNPM-MPd Lampung Barat yang hadir di wakili oleh Faskab Ali Rukman mengatakan terima kasih atas undangan dan mohon maaf atas hal-hal yang kurang berkenan dari Pelaku selama acara di gelar.   Sama dengan harapan yang disampaikan oleh pihak BSM KCP Liwa bahwa melalui acara buka bersama ini kedepan semoga mutu kerjasama lebih dapat di tingkatkan lagi.  Tim  

Kamis, 10 April 2014

Pak Rejo




Pak Rejo
Bapak Rejo atau Pakde Rejo begitu tetangga memanggilnya, Bapak dua anak yang dilahirkan di Banyuwangi Jawa Timur pada tanggal 20 Agustus 1955 ini sepintas lalu tidak mengesankan apa-apa selain petani pekebun  pada umumnya.  Memang,  untuk ukuran petani di sekelilingnya rumah  pakde Rejo yang berukuran 12 x 7 meter berdinding tembok berlantai keramik dan beratap asbes tentu mewah.  Tetapi lelaki yang kesehariannya mengisi hari-harinya dengan berangkat  kesawah atau mencari rumput untuk ke empat ekor sapi peliharaannya ini mengaku bahwa rumah yang ia tempati masih tergolong rumah sederhana  untuk ukuran yang sebenarnya.  Kalaupun dibuat agak besar dibandingkan kebanyakan rumah tetangganya di Pemangku/Dusun Selipas Kel Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat itu  karena beliau berharap rumah ini menjadi tempat berkumpul  seluruh anggota keluarganya.
Awalnya ketika tim berkunjung ke kediaman pak Rejo suatu sore,  dibukakan pintu lalu memperkenalkan diri  dan menyampaikan maksud kedatangan untuk sekedar ngobrol-ngobrol tentang wakaf tanah yang pernah beliau berikan untuk kegiatan pembangunan jalan rabat beton PNPM-MPd TA. 2013 di Pemangku Sumberejo Pakde Rejo terkesan menghindar, menurut beliau apa yang sudah beliau perbuat tidak perlu disebarluaskan karena semuanya dilakukan dengan ikhlas.  Namun setelah beberapa kali tim memberi penjelasan bahwa tidak ada maksud untuk ria/pamer tetapi lebih untuk memotivasi masyarakat tentang arti pentingnya ketauladan ahirnya beliau bersedia  untuk berbagi cerita. 
Seiring bergeraknya sang surya ke ufuk barat dalam suasana yang penuh kekeluargaan sesekali angin lembah dingin meniup menerpa wajah sesaat terhanyut dalam cerita sejarah hidup Pakde Rejo, Pahit getir perjalanan hidup yang dirintis dengan berprofesi sebagai buruh upahan metik kopi di era 1990 di daerah Pajar Bulan Kec Way Tenong hasilnya Rp 25.000,- dikirim ke Lampung Timur untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan dua anaknya.   Lalu seolah ada yang menuntun beliau berjalan sampai ke Simpang Serdang Way Mengaku untuk menjadi buruh coret dan manul atau ojek punggung/kuli panggul, sampai akhirnya mendapat kepercayaan untuk mengurus kebon seluas 1 HA dengan sistem bagi hasil kopi tetapi untuk tanaman sayur mayur si pemilik tanah tidak pernah menuntut/mempersoalkan,   atau  dengan kata lain semua terserah dengan pak Rejo; kalau mau di kasih ya mareka terima dan kalau tidak juga tida apa-apa.  Semua adalah perjalanan hidup yang akan selalu menghiasi relung hati Pak Rejo.  Setelah mendapat kepercayaan itulah  dengan bermodalkan keyakinan Pak Rejo lalu memboyong anak istrinya dari Lampung Timur ke Slipas atau tempat saat ini pak Rejo terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.  
Setiap perjuangan pasti akan menemukan hasilnya bila bersungguh-sungguh, begitu pak Rejo melanjutkan ceritanya. Dan  pada tahun 1994 kebun yang Pak Rejo urus mulai menampakkan hasil, namun cobaan untuk Pak Rejo rupanya belum berakhir,  gempa Liwa berkekuatan 6,5 skala ricter hampir membuyarkan segalanya.  Melihat kondisi Lampung Barat yang porak poranda, selalu tergiang tangis pilu para tetangga yang menjadi korban gempasempat terucap dari mulut Pak Rejo untuk meninggalkan Liwa atau kembali ke Lampung Timur dengan kembali hidup tanpa memiliki apa-apa berjuang dari awal lagi, tetapi pemilik lahan tidak setuju niat tersebut  dan menasehati pak Rejo.  Si pemilik lahan mengatakan ini tinggal menikmati hasilnya dari perjuangan panjangmu membuka dari belukar, siang malam engkau rawat tanaman itu dengan makan dan tidur seadanya bersama anak istrimu kok malah mau ditinggalkan.  Lalu dengan  berbagai petimbangan dan juga nasehat dari berbagai pihak ahirnya Pak Rejo memutuskan untuk tetap di Sumberejo Slipas ini.   Tuhan selalu memberi jalan setiap mahluknya yang mau berusaha begitu keyakinan pak Rejo lagi,  pilihan untuk tetap melanjutkan usaha ternyata tak sia-sia; setelah ditelateni dari hasil  beberapa kali panen  Pak Rejo bisa membeli  tahan 2 Ha yang kemudian ditukarkan dengan sebidang sawah kira-kira seluar 0,5 yang hari ini beliau urus. Pada tahun 1997 catatan baru bagi pak Rejo karena bisa membangun rumah yang ia dan keluarganya tempati hari ini.  Sementara lahan 1 Ha yang awalnya  diurus oleh Pak Rejo sebagai modal awal memasuki Slipas kini di urus oleh anaknya.  Karena ketika hendak di kembalikan ke pemiliknya mareka menolak, dan berharap pak Rejo sebagai pengelola atau setidaknya penanggungjawabnya sampai kapanpun.
Perjalanan hidup yang dirasa pahit, bukanlah untuk dihindari tetapi harus dijalani dengan banyak-banyak bersyukur.  Untuk menambah energi dalam setiap memulai pekerjaan kerapkali pak Rejo bernazar yang isinya  apabila suatu pekerjaan  selesai dan ada hasilnya beliau akan beramal.  Dan dalam rangka beramal,  dari penelusuran tim  tersebutlah beberapa bidang tanah yang telah  diwakafkan oleh Pak Rejo untuk kepentingan umum  disekitar tempat tinggalnya yaitu:
1.         Tahun 1999 pak Rejo mewakafkan tanah berukuran 13 x 25 M2  (senilai Rp 5 Juta) untuk tempat pembangunan Musholla di Pemangku Pantau Keluarahan Way Mengaku.
2.         Tahun 2000 Pak Rejo mewakafkan tanah  berukuran 30 x 40 M2 (senilai 25 Juta) untuk tempat pembangunan Masjid di Sumberejo Slipas Kelurahan Way Mengaku.
3.         Tahun 2003 Pak Rejo mewakafkan tanah berukuran 20 x 60 M2 (senilai 30 Juta) untuk tempat pemakaman umum di Sumberjo Slipas Keluarahan Way Mengaku.
4.         Tahun 2013 tanah berukuran 2,5 x 20 (senilai 11 Juta) untuk dijadikan jalan atau tempat di bangunnya jalan rabat beton kegiatan PNPM-MPd Keluarahan Way Mengaku TA. 2013.

Ketika tim menanyakan apakah pihak keluarga tidak keberatan dengan apa yang dilakukan pak Rejo, mengingat bahwa pak Rejo sendiri  bukan tergolong orang yang memiliki tanah yang luas.  Beliau menjawab semua keluarga mendukung, semua mendukung saya seraya mengakatan mumpung kita masih bernyawa berbuatlah untuk orang banyak semoga kita dapat manfaatnya di akherat.   Walaupun dari pengakuannya tidak tamat SD dan belum pernah hatam Al-quran bagi pak Rejo pesan orang tua yang mengatakan agar selalu beramal  harus di tunjukkan dan tercermin dalam kehidupannya.  Sebagai kepala lingkungan yang dipercaya oleh masyarakatnya sejak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu Pak Rejo tidak sedikitpun memperlihatkan tingkah laku ria/pamer, bahkan bila ada kesempatan untuk menolong. Maka pilihan untuk menolong itu jalan yang beliau pilih.  Semisal pembagian beras untuk rumah tangga miskin (Raskin)  saat mengambil beras ke kelurahan pak Rejo selalu membayar terlebih dahulu, baru kemudian ketika beras sampai di rumah, pak Rejo akan berkeliling untuk menyampaikan kepada warga agar mengambil beras tersebut  dengan harga sesuai ketentuan pemerintah.  Bila ada warga yang benar-benar tidak ada uang maka pak Rejo mempersilakan untuk untuk tetap mengambil  beras asalkan berterus terang.  
Rumah Pak Rejo dibangun  dari bagi hasil berkebun kopi dan menanam sayuran

Kembali ke masalah wakaf tanah,  lagi-lagi bahwa tanah tersebut bukan dari kelebihan luas atau diambil dari tanah pak Rejo yang sudah ada,  tetapi didapat dengan membeli yang uangnya berasal dari hasil panen sayuran atau sekedar tabungan dari hasil beliau upahan.  Khusus untuk tanah yang terakhir diwakafkan itu di dapat dari tabungan 1 juta dan hasil penjualan sapi peliharaan  seharga10 Juta semuanya untuk membayar tanah yang akan di jadikan jalan lingkungan. Mengakhiri obrolan dengan tim, pak Rejo berucap semoga apa yang beliau lakukan akan membawa manfaat bagi masyarakat dan menjadi amal beliau di akherat.  Kalau suatu saat saya telah tiada saya berharap apa yang sudah saya lakukan bermanfaat.   Kata pak Rejo menutup obrolan ... Makasih Pak Rejo pelajaran untuk terus berjuang, selalu berbagi, dan ikhlas telah kau sampaikan pada kami, semoga ini memberi motivasi..   (Tim)

Sabtu, 15 Februari 2014

Indah dan Bersejarah







Siang itu bisa jadi adalah hari indah dan bersejarah yang selalu menghiasi relung hati   masyarakat Jungku/ Dusun  Jejawi.  Sebuah Jungku/ Dusun yang berada di kaki Gunung Pesagi yang secara administrasi berada di Pekon/Desa Bahway Kecamatan Balik Bukit Lampung Barat.


Agak Ironis memang, selama berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun lamanya jungku jejawi yang merupakan jungku tua di Pekon Bahway ini miskin transportasi,  jalan dari dan menuju jungku jejawi  yang berpenduduk kurang lebih 160 KK ini hanya bisa di lewati oleh pejalan kaki.  Berbagai usaha pun telah di lakukan masyarakat agar jalan ini bisa di lewati kenderaan minimal kenderaan roda dua, namun semua seolah sia-sia, patok mematok yang merupakan tanda akan di mulainya kontraktor bekerja  hanyalah isapan jempol belaka dan sudah tak terhitung berapa kali jumlahnya. Kesemuanya hanya membuat masyarakat makin kecewa sampai-sampai di saat PNPM-MPd akan memulai pekerjaan, mareka  hanya berkata apa iya??? Jangan-jangan seperti yang lalu-lalu yang ahirnya lenyap ditelan merdunya janji  tanpa ada aksi apa-apa.. Tapi siang itu apa yang ditakutkan masyarakat tak terbukti, sekonyong-konyong Toyota Hardtop yang dikemudikan Piter  mobil pengangkut matrial rabat beton yang sedang dibangun menapakkan  ban berantainya sontak menarik perhatian puluhan bahkan ratusan mata tua-muda, laki dan perempuan.  Bagi mareka ini langka tapi nyata, dan sebagian diantara mareka  siang itu merasa bagai berada di alam mimpi..
Pak Zakwan Zakaria salah seorang tokoh masyarakat Pekon Jejawi mengatakan bahwa ia tak bisa melukiskan dengan kata-kata kejadian siang itu, semua larut dalam kegembiraan yang mareka ungkapkan dengan cara mareka masing-masing.  Pak Zakwan Zakaria contohnya; langsung  menyembih 2 ekor ayam yang darahnya dicecerkan di kap depan Toyota Hardtop milik Piter, berbeda dengan pak Zakwan Zakaria,  Pak Rohman  langsung menciumi  kap Toyota Hardtop yang belum kena darah ayam,  apa yang dilakukan oleh pak Rohman kemudian diikuti oleh beberapa ibu-ibu seraya berujar syukur dengan mata berkaca-kaca tanda bahagia yang tiada tara.    Di luar kejadian ini terbetik juga cerita yang berbeda bahwa sebelumnya yang bersangkutan pernah ber nazar yang isinya jika kelak jungku jejawi di masuki mobil dia akan menindik salah satu kupingnya, dan janji inipun ia penuhi.

Sungguh kejadian langka, yang mungkin tidak akan pernah terulang sepanjang zaman di Jungku/Dusun Jejawi selanjutnya.  Apa yang terucap dari mulut  pak Zakwan Zakaria dan Pak Rohman saat sore hujan rintik-rintik dan berkabut sore itu juga di amini oleh Pak Suhendar Penjabat Peratin Pekon Bahway waktu itu.  Beliau menambahkan dengan jalan setapak yang walau hanya berjarak 1,5 KM ongkos untuk mengeluarkan hasil pertanian dengan menggunakan kuda bisa mencapai Rp 300/Kg sungguh harga yang sangat mahal jika dibandingkan jarak dan harga jual barang-barang dimaksud yang kesemuanya harus di tanggung oleh masyarakat.  Dengan hadirnya jalan rabat beton yang dibangun oleh PNPM-MPd di jungku Jejawi tentu  harga angkut akan murah, anak sekolah bisa bersekolah dengan naik ojek, dan jarak tempuh bukan lagi masalah. Kata dia sambil menutup pembicaraanya.
Inilah sekelumit cerita unik dari lapangan tempat dilaksanakannya program PNPM-MPd  di Lampung Barat.  Semoga ini menjadi gambaran betapa program ini sangat dinanti dan dirasakan oleh masyarakat manfaatnya.. Salam Gerakan Pemberdayaan Masyarakat..  (tim.ar)