Nama : Sriyono
TTL :
Yogyakarta, 08,08,1961
Pendidikan : SMP
Istri :
Satu
Anak : 3
orang
Organisasi :
- Ketua BKAP Kec Pagar Dewa
-
Bendahara
Gapoktan Tri Tunggal Pekon Pahayu
-
Ketua Kelompok Turbin Sinar Terang
-
Kaur Pembangunan Pekon Pahayu Jaya
-
Ketua Lembaga Keuangan Pekon Pahayu
Pertama-tama saya berkelahi dengan dua anak kecil berambut
pirang; malam itu saya merasakan begitu repot menghadapi kedua anak kecil itu,
dimana keduanya menggigit tangan saya satu di kiri dan satunya lagi di
kanan. Dengan sekuat tenaga saya
kepaskan dan satu persatu anak tersebut lepas dari tangan saya. Alhamdulillah saya menang dari petarungan
ini, pertarungan yang begitu melelahkan dan membutuhkan tenaga yang luar biasa.
Dengan pertarungan tersebut saya berpikir selesai dan saya
sudah menang, namun malam berikutnya saya kembali harung berjuang. Kali ini yang menyambangi saya adalah seekor
ular besar, yang tidak begitu jelas jenis apa ular tersebut. Singkat cerita sekujur badan saya di lilitnya, dan saat
itulah saya merasakan seolah sekujur badan ini remuk. Saat itu tidak dapat saya gambarkan secara
persis berapa meter panjangnya ular ini tetapi ketika dia melilit sekujur badan saya dari ujung kaki sampai ke ujung kepala secara
rapat nyaris tidak tersisa. Saya
katakan Luarrr biasa... yang saya
pikirkan bahwa saya harus memenangkan perkelahian ini. Dengan seluruh jiwa saya berusaha melepaskan
diri dari lilitan ular besar ini. Saya
hanya dapat mengatakan bahwa saat itu kondisi saya sangat mencekam antara hidup
dan mati, tetapi lagi-lagi saya bertekad bahwa saya harus memenangkan
perkelahian yang kedua ini. Tak begitu
jelas berapa waktu yang saya butuhkan saat itu untuk melepaskan diri, sudah tak
terukur pula berapa daya tenaga yang
saya pakai untuk berjuang hidup saat itu. Seraya menjerit saya berusaha sekuat
tenaga dan tak sia-sia ahirnya di
detik-detik terakhir saya bisa menemukan cara melepaskan diri dan saya lepas
dari lilitan ular besar ini, saya menang!!!
Tiba-tiba saya tersadar karena saya di bangunkan oleh istri saya malam
itu.
Tetapi dari mimpi perkelahian dengan ular ini, seolah
menjelma di dunia nyata; badan saya begitu lemah, lelah dan seolah tak
bertenaga. Hari-hari saya lewati dengan
banyak memikirkan pertarungan dengan anak kecil dan ular besar itu, ada apa
sesungguhnya pikir dalam hati saya..?? Pertanyaan utama yang muncul mengapa
saya mengalami ini di saat saya sedang meratakan tanah di lokasi belakang rumah
yang baru saya beli. Untuk menjawab
pertanyaan ini, ternyata saya tak cukup mampu menjawabanya sendiri; saya
mencari “orang tua” bertanya ada apa sebenarnya, ada apa dengan lokasi rumah ini???.

Terus mencari dan menemukan “orang tua” itu yang saya
lakukan sembari mengembalikan tenaga yang terkuras saat berusaha melepaskan
diri malam itu. Satu persatu jawaban
orang tua tak mengena di hati saya. Dari
sekian orang tua yang saya temui, kesimpulannya bahwa saya tidak bisa
melanjutkan perataan tanah di lokasi calon rumah yang hendak saya dan keluarga
saya huni. Namun kondisi ini tidak
membuat saya berpasrah diri. Seiring pulihnya tenaga, saya berjumpa dengan
seorang tua yang melegakan hati saya; “orang tua” ini menjelaskan hal ihwal apa
yang ada di lokasi calon rumah yang hendak saya huni ini, tapi yang lebih
melegakan lagi adalah dia mengatakan bahwa pekerjaan perataan tanah itu bisa
dilanjutkan dengan sedikit persyaratan yang harus saya lakukan. Tanpa ba-bi-bu dan berpikir panjang saya laksanakan persyaratan yang diminta,,
dan benar saja ketika saya kembali melanjutkan perataan tanah di lokasi tanah
belakang rumah yang saya beli saya
merasa nyaman dan tidak lagi di ganggu oleh mimpi seperti sebelumnya. Dan sampai kini sekira 20 tahun sudah saya
dan keluarga saya menghuni rumah ini tanpa ada kendala apa-apa...
Kisah di atas adalah sekelumit cerita dari dari Bapak Sriyono/ Ketua BKAP Kecamatan
Pagar Dewa, Pak Sri atau Mbah Wir begitu teman beliau dan masyarakat Kecamatan
Pagar Dewa yang mengenalnya biasa menyapa.
Lebih jauh Bapak Sriyono mengatakan bahwa hikmah yang dapat di ambil
dari cerita di atas adalah nilai-nilai perjuangan. Dalam setiap pekerjaan pasti ada hambatan dan
tantangannya, tetapi kita harus menghadapinya dengan penuh semangat dan
keyakinan karena hanya dengan nilai perjuanganlah kita bisa tetap tegak berdiri
dan mencapai sesuatu.
Lebih jauh Mbah Wir melanjutkan cerita bahwa beliau
bergabung dengan program ini, ketika dulu masih PPK pada tahun 2001-2002 saat
itu Fasilitatornya adalah Bapak Amir Machmud Hasan dari Kecamatan Belalau. Periode Tahun 2009-2012 beliau aktip di
pemerintahan sebagai PJ Peratin merangkap
sebagai kaur pembangunan Pekon Pahayu jaya.
Kemudian pada tahun 2012 – Sekarang menjadi Ketua BKAD Kecamatan Pagar
Dewa. Ketika di tanya mengapa beliau
selalu bersedia senang bergabung dan berpartisipasi dalam kegiatan PNPM-MPd,
Mbah Wir atau Pak Sri mengatakan bahwa hal tersebut di dorong oleh hobi beliau
dalam berorganisasi dan pembelajaran yang selalu ada di PNPM-MPd; “Kalau di
organisasi lain biasanya kita yang aktif memberikan ilmu yang kita punya,
tetapi di PNPM-MPd malah saya yang selalu mendapat ilmu-ilmu baru yang sangat
bermanfaat buat saya”. Kata pak Sri

Ketika di tanya bagaimana baiknya PNPM-MPd kedepan Bapak
Sriyono mengatakan bahwa apapun programnya
tanpa terkecuali PNPM-MPd yang harus selalu di jaga dan di kedepankan
adalah Partisipasi dan Pelestarian.
Partisipasi harus benar-benar mencerminkan DOUM (dari oleh untuk Rakyat)
bukan di selesaikan di atas meja oleh sekeompok orang tetapi ketika hendak
dilaksanakan baru disampaikan ke masyarakat.
Selanjutnya Pelestarian; bagaimana supaya semua pihak memperhatikan
pelestarian atas pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan bukan hanya bagaiamana memelihara kegiatan
fisik yang telah dilaksanakan tetapi lebih daripada itu pelestarian sumber daya
alam secara lebih luas. Dua hal ini
menurut Pak Sri yang semakin hari
semakin kurang perhatian dan kualitasnya semakin menurun dan untuk memperbaiki
ini semua harus bertanggung jawab agar
tujuan bersama berbangsa dan bernegara ini bisa terwujud. Sambil mengakhiri pembicaraan.. @r