BREAKING
Tampilkan postingan dengan label Pagar Dewa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pagar Dewa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 Desember 2014

Tak Pernah Kusangka..

Masakan berbahan baku bonggol Pisang (Foto #Nung Yoga)
Kalimat diatas boleh jadi pas untuk melukiskan perasaan  ketika disuguhi masakan ini.  Awalnya tak ada kesan apa-apa ketika menyaksikan ada suguhan sayur dan lauk berikut lalapan bercampur dalam satu piring, Namun ketika tahu bahwa sayuran yang menemani lauk tersebut ternyata berbahan baku bonggol pisang kepok tentu siapapun akan terkaget-kaget, seraya berucap Tak Pernah Kusangka..

Gambaran Rasa nikmat mengundang penulis untuk bertanya lebih dalam bagaimana pengolahan Bonggol Pisang sehingga senikmat ini, awalnya dengan sedikit tersenyum Ibu Peratin/Istri Peratin Pekon Margajaya Kecamatan Pagar Dewa menjawab tunggu ya saya sholat dulu. katanya..
Setelah ditunggu sekian waktu ahirnya Ibu Peratin kembali dan menjelaskan bagaimana bonggol pisang kepok jadi masakan eunak seperti ini, Begini prosesnya lanjut Ibu Peratin.  Pertama Bonggol Pisang Kepok di iris kecil-kecil lalu di remes dengan garam dapur secukupnya kemudian cuci sampai bersih,  Setelah itu rebus bonggol tadi sampai matang lalu tiriskan.. Selama bonggol di tiriskan siapkan bumbu; Bawang, ketumbar, kemiri, laos, daun salam dll lalu uleglah bumbu tersebut.  Siapkan juga santan kepala kental secukupnya lalu oseng bonggol beserta bumbu dan santen hingga matang.. Nah itulah proses masakan ini kata Ibu Peratin.. Soal rasa silahkan rasakan sendiri. kata ibu peratin..  Kalau anda penasaran silakan coba atau datang ke Pekon Marga Jaya Kecamatan Pagar Dewa Lampung Barat,,kata Ibu peratin sambil berlalu.. wah jauh sekali Bu dalam hati penulis,, tapi gak akan nyesal kan bu rasanya  tanya penulis dalam hati... (AR)

Kamis, 11 September 2014

Menuju Kemandirian



Pendiri dan Penggerak Kelompok SPP Mandiri Kec Pagar Dewa Lampung Barat

Menanjak menurun dan berdebu adalah medan jalan yang lumrah bagi masyarakat di Pekon Margajaya Kecamatan Pagar Dewa Lampung Barat.  Selama berpuluh-puluh tahun masyarakat yang tinggal di daerah ini dihadapkan dengan kondisi sulit transportasi bila musim panas berdebu dan kalau musim hujan berlumpur, bagi mareka jalan berdebu lebih baik dibandingkan dengan jalan berlumpur karena ini akan mempercepat waktu tempuh, sebab bila jalan sudah berlumpur ban motor harus di pasang rantai dan waktu tempuh bisa berlipat-lipat. Akan mujur kalau tidak jatuh atau ban motor terprosok sehingga badan mareka pun akan cedera.
Dalam kondisi cuaca panas jarak antara pekon Marga Jaya dan Pekon Giham/Jalan Lintas Liwa Bukit Kemuning yang hanya sekitar 30 KM bisa di tempuh dalam waktu 1 jam, sedangkan dalam kondisi cuaca hujan jalan berlumpur waktu tempuh bisa mencapai 2 jam atau lebih tergantung tingkat kepandaian si pembawa kenderaan.  Namun apapun kondisi medan jalan perjuangan untuk melanjutkan hidup harus terus dilanjutkan; inilah yang yang terucap dari mulut tiga orang perempuan pengurus kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) Mandiri unit kegiatan PNPM-MPd Kecamatan Pagar Dewa yang berdomisili di Pekon MargaJaya.
   Ibu Wirniati yang dilahirkan di salatiga 12/09/1975 istri dari Bapak Supandi dan Ibunda dari Miftahul Huda (20 Tahun) dan Hijatul Inayah (12 Tahun), dan Ibu Nurlelawati terlahir pada 21/04/1973, Istri dari Bapak Haryani Armando dan Ibunda dari Alpin prayoga (19 tahun), Cintia (14 Tahun), Dani (7 Tahun).  Ketiga nama ini di kenal sebagai perintis kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) bukan hanya marga jaya tetapi juga Kecamatan Pagar Dewa yang dimekarkan dari Kecamatan Sekincau Tahun 2010. 
Kondisi Jalan Menuju Pekon Margajaya
Tersebut nama Ibu Marsonita yang dilahirkan di Semarang pada tanggal 29/06/1973, Istri dari Bapak Abidin dan ibunda dari Raihan (5 Tahun),
Berawal dari perasaan gundah karena pada media sebelumnya  tiga orang perempuan ini adalah anggota kelompok simpan pinjam Pekon Basungan yang mendapatkan bantuan permodalan dari DisKoperindag Lampung Barat pada tahun 2007.   Dana bantuan awal sebesar 7 Juta rupiah yang dikucurkan Diskoperindag Lambar selama 3 tahun, dikelola bersama Ibu-Ibu lainnya  berkembang menjadi 17 Juta. Namun ketika pekon Margajaya dimekarkan dari Pekon Basungan dengan alasan bahwa domisili ibu-ibu ini bukan lagi di Pekon Basungan tetapi Pekon Marga Jaya  Ketiga perempuan ini bersama teman-temannya diminta untuk keluar dari kelompok Simpan Pinjam Pekon Basungan dan hanya dikembalikan simpanan pokoknya sebesar Rp 10.000/orang dan Pesangaon Sebesar Rp 200.000,-  Alhasil total dana yang mareka terima sebesar Rp. 360.000 ,- (Tiga Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah).  Sambil bertutur kepada Tim yang berkunjung ke Pekon Margajaya Siang itu Ibu Wirniati meneteskan air mata mengenang pahit getirnya perjuangan yang telah ia dan teman-temannya lakukan untuk mengembangkan kelompok Basungan dan perasaan sedih ketika harus menerima kenyataan mareka harus hengkang dan hanya mendapat bagian Rp 360.000,- .  Dan untuk melampiaskan kesedihannya Ibu Marsonita, Wirniati, Nurlelawati dan atas persetujuan teman-teman mareka lainnya bersepakat  membelanjakan uang  ini untuk membeli sebuah pigura bertuliskan Sumpah Setia PKK dan di kembalikan lagi ke Pekon Basungan.  Cerita ini akan selalu terkenang bukan untuk dendam, tetapi ini akan selalu memotivasi kami untuk memajukan kelompok yang sekarang kami gerakkan. Kata Wirniati.
Pertemuan Rutin Kelompok SPP Mandiri Kec Pagar Dewa
Lalu bagaimana dengan kelahiran dan perkembangan kelompok Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Mandiri Kecamatan Pagar Dewa..???  Kelompok mandiri lahir selain dari cerita di atas juga karena dorongan para suami dari ketiga permpuan ini.  Diselimuti rasa sedih saat bergabung dengan kelompok Basungan sebelumnya membuat ketiga perempuan ini orah-ogahan untuk menjalin kemitraan dengan Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Pagar Dewa yang menawarkan SPP kali pertama.  Apalagi yang terbersit dipikiran ketiga ibu rumah tangga ini bahwa idealnya simpan pinjam harus berangkat dari skema musim produk hasil pertanian masyarakat  Kecamatan Pagar Dewa pada umumnya yaitu satu tahun sekali, dengan kata lain bahwa idealnya pinjaman pun harus dicicil satu tahun sekali, dan ini tidak memungkinkan diprogram SPP yang harus dicicil setiap satu bulan sekali.  Lagi-lagi peran para suami yang mempengaruhi keputusan ketiga perempuan ini sehingga akhirnya menerima system yang di tawarkan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Pagar dewa; Suami saya yang kebetulan Peratin di sini yang  terus mendorong kami. Kata Nulela
Dengan segala pertimbangan pada tahun 2012 ketiga perempuan ini memutuskan untuk membentuk kelompok SPP Mandiri dan mengajukan pinjaman ke Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Pagar Dewa dengan jumlah pinjaman untuk pertama kali Rp 19.000.000,- untuk sepuluh orang anggota dan pengurus.   Jumlah yang terlalu kecil jika dibandingkan dengan jumlah uang yang pernah dikelola sebelumnya dan kebutuhan pengembangan usaha anggota.  System dan bunga yang telah disepakati dengan UPK Kecamatan Pagar Dewa sebelumnya oleh kelompok Mandiri yang beranggotakan sepuluh orang di modifikasi dengan maksud dan tujuan memajukan kelompok.  Dari modifikasi ini yang paling kentara adalah alokasi bunga yang dipatok 4 % dan telah disepakati dalam kelompok.  Pembagian 4 % ini dibagi menjadi: 2 Persen untuk pengembalian modal, 1 Persen Simpanan Kelompok, dan  1 % untuk pengurus.    Semua anggotanya menyepakati system ini, dengan model ini dirasa bukan saja lebih cepat berkembang tetapi lebih nayaman dan aman bagi kelompok yang notabene usahanya dari berdagang sayur-sayuran dan kelontongan ini.  Hal ini dapat dilihat dari pola yang di terapkan saat ini, dimana selain mengelola dana dari UPK kelompok mandiri juga mengelola dana 5 juta yang di gulirkan ke anggota lainnya (diluar anggota kelompok mandiri yang telah menyerap dana SPP dari PNPM-MPd yang laba atau keuntungannya murni untuk kemajuan kelompok mandiri atau di gulirkan kembali.  Dan berkat pola ini pula dalam kurun waktu 2 tahun ini kelompok mandiri kini telah berkembang menjadi menjadi 4 kelompok yaitu mandiri I, mandiri II, mandiri III, dan Mandiri IV.    Dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun, juga tidak sedikit rintangan dan hambatan yang dihadapi ketika awal hendak mengembangkan kelompok ini, mulai dari cemoohan dan ejekanpun kerap di terima oleh ketiga perempuan ini; julukan rentenir lintah darat pernah kami terima. Kata Wirniyati
Kebun Kacang Milik Anggota Kel SPP Mandiri II
Kini kenangan saat awal pendirian dan proses pengembangan akan selalu menyertaai kelompok mandiri menuju kemandirian, suka duka akan berujung manis pada saatnya nanti.  System cicilan perbulan tidak selamanya memberatkan kalau kita konsisten dan rajin, setidaknya kalimat ini yang selalu di katakan oleh Ibu Marsonita ketika melakukan sosialisasi manfaat program SPP ke Pekon-Pekon lainnya di Kecamatan Pagar Dewa di tengah kesibukannya yang juga dipercaya oleh masyarakat sebagai anggota Badan Kerjasama Antar Pekon (BKAP) Kecamatan Pagar Dewa.
Di akhir pertemuan dengan tim Ibu Nurlela dan Ibu Wirniati juga menegaskan bahwa apa yang telah mareka alami dan rasakan adalah bukti nyata manfaat keberadaan program Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP).  Kedua perempuan ini hanya berharap program ini akan bisa menampilkan cerita-cerita dari kelompok dan perempuan lainnya di negeri ini.  Semoga  (tim.)

Kamis, 12 Juni 2014

Pahayu Jaya; Pemadaman Listrik Tak pernah ada..!!




Tempat Turbin Listrik Milik Pak Sirman dkk
Disaat sebagian masyarakat kota dan desa di seluruh penjuru  Lampung yang di aliri listrik dari PLN mengeluhkan pemadaman listrik hal ini tidak berlaku bagi Bapak Sirman dan beberapa KK di Pekon Pahayu Jaya Kecamatan Pagar Dewa Lampung Barat. Hal ini dikarenakan sejak tahun 2009 Bapak Sirman dan beberapa KK lainnya telah berswadaya membangun turbin yang pembangkit Listrik skala kecil untuk kebutuhan penerangan dan alat rumah tangga mareka. 
Bapak Sirman adalah salah satu dari tujuh anggota pada kelompok sinar terang yang secara kebetulannya rumahnya saat ini menjadi kantor Unit Pengelola Kegiatan (UPK) PNPM-MPd Kecamatan Pagar Dewa menceritakan bahwa inisiatif untuk bergabung dalam kelompok semata-mata karena kebutuhan untuk bisa mendapat penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya seperti nonton TV, memasak air, memasak nasi, kulkas, dan menaikkan air dari sumur.   Turbin yang berkapasitas 10.000 Watt ini bukanlah yang pertama di Pekon Pahayu karena sebelumnya beberapa orang telah bergabung dengan kelompok berbeda  dan melakukan hal yang sama.  Maka tak heran jika siang dan malam persoalan penerangan di Pekon yang mempunyai waktu tempuh 45 menit dari sekincau ini bukanlah persoalan layak-layak pekon-pekon lainnya yang mendapat penerangan dari PLN.  Hal ini pula yang menjadi salah satu pertimbangan Tim Pelaku PNPM-MPd Kecamatan Pagar Dewa memilih Pekon Pahayu sebagai Lokasi Kantor UPK, sejak Kecamatan Pagar Dewa berdiri sendiri/memisahkan diri dari Kecamatan Sekincau pada tahun 2012 walau dirasa lokasi ini sedikit agak jauh dari kantor Kecamatan Pagar Dewa. Apalagi kalau musim hujan jarak tersebut sangat menjadi kendala waktu tempuh menjadi berkali-kali lebih lama, jika bisanya ditempuh dalam waktu 30 menit saat musim hujam bisa-bisa waktu bertambah antara 45-70 menit karena medan jalan yang belum bersahabat, walaupun motor yang dipergunakan bannya telah dipasang rantai.
 Menurut pak Sirman untuk mendirikan turbin berkapasitas 10.000 Watt ini di butuhkan dana sekitar 25 Juta (dana ini sudah termasuk kebutuhan membuat bendungan kecil sebagai bak penampung sebelum masuk ke turbin, ini relatif murah dibandingkan dengan menggunakan diesel yang berbahan bakar solar, terlebih lagi karena dana tersebut di gotong oleh 7 orang.  Memang ada dana  lanjutan yang harus dikeluarkan yaitu Rp 25.000/bulan/KK  untuk biaya perawatan turbin dan bantuan bagi yang jaga tetapi rasa ini bukan masalah dibandingkan dengan manfaat yang dirasakan.    Ketika ditanya berapa watt daya yang dipergunakan oleh tiap-tiap rumah, Bapak Sirman tidak bisa memastikan. Beliau hanya mengatakan bahwa tiap rumah pada 7 anggota kelompok kami punya TV dan reciever parabola, Lampu 5 titik, dan mesin air.    
Pemandangan di Pekon Pahayu pada malam dan siang hari adalah gambaran betapa keswadayaan dan kemandirian energi berbuah manis, Bapak Sirman dan Bapak-Bapak Lainnya di Pekon Pahayu Jaya dan juga mungkin Pekon lainnya di Pelosok Lampung Barat yang kini memanfaatkan air sebagai pembangkit listrik tak pernah mengeluhkan mahalnya TDL dan betapa menyebalkan saat terjadi pemadaman Listrik Oleh PLN.  Selamat menikmati Listrik yang tak pernah membuat kesal Pak Sirman, Semoga alam tetap terjaga dan kebijakan negara tetap berpihak sehingga turbin yang dipergunakan tetap berputar..  @r 

Nilai-Nilai Perjuangan





Nama                    : Sriyono
TTL                      : Yogyakarta, 08,08,1961
Pendidikan           : SMP
Istri                      : Satu
Anak                    : 3 orang
Organisasi          
-    Ketua BKAP Kec Pagar Dewa
    -       Bendahara Gapoktan Tri Tunggal Pekon Pahayu
     -      Ketua Kelompok Turbin Sinar Terang
     -      Kaur Pembangunan Pekon Pahayu Jaya
     -      Ketua Lembaga Keuangan Pekon Pahayu



Pertama-tama saya berkelahi dengan dua anak kecil berambut pirang; malam itu saya merasakan begitu repot menghadapi kedua anak kecil itu, dimana keduanya menggigit tangan saya satu di kiri dan satunya lagi di kanan.  Dengan sekuat tenaga saya kepaskan dan satu persatu anak tersebut lepas dari tangan saya.  Alhamdulillah saya menang dari petarungan ini, pertarungan yang begitu melelahkan dan membutuhkan tenaga yang luar biasa.
Dengan pertarungan tersebut saya berpikir selesai dan saya sudah menang, namun malam berikutnya saya kembali harung berjuang.  Kali ini yang menyambangi saya adalah seekor ular besar, yang tidak begitu jelas jenis apa ular tersebut.  Singkat cerita  sekujur badan saya di lilitnya, dan saat itulah saya merasakan seolah sekujur badan ini remuk.   Saat itu tidak dapat saya gambarkan secara persis berapa meter panjangnya ular ini tetapi ketika dia melilit  sekujur badan saya  dari ujung kaki sampai ke ujung kepala secara rapat nyaris tidak tersisa.   Saya katakan Luarrr biasa...  yang saya pikirkan bahwa saya harus memenangkan perkelahian ini.  Dengan seluruh jiwa saya berusaha melepaskan diri dari lilitan ular besar ini.  Saya hanya dapat mengatakan bahwa saat itu kondisi saya sangat mencekam antara hidup dan mati, tetapi lagi-lagi saya bertekad bahwa saya harus memenangkan perkelahian yang kedua ini.  Tak begitu jelas berapa waktu yang saya butuhkan saat itu untuk melepaskan diri, sudah tak terukur pula  berapa daya tenaga yang saya pakai untuk berjuang hidup saat itu. Seraya menjerit saya berusaha sekuat tenaga dan tak sia-sia  ahirnya di detik-detik terakhir saya bisa menemukan cara melepaskan diri dan saya lepas dari lilitan ular besar ini, saya menang!!!  Tiba-tiba saya tersadar karena saya di bangunkan oleh istri saya malam itu.
Tetapi dari mimpi perkelahian dengan ular ini, seolah menjelma di dunia nyata; badan saya begitu lemah, lelah dan seolah tak bertenaga.  Hari-hari saya lewati dengan banyak memikirkan pertarungan dengan anak kecil dan ular besar itu, ada apa sesungguhnya pikir dalam hati saya..?? Pertanyaan utama yang muncul mengapa saya mengalami ini di saat saya sedang meratakan tanah di lokasi belakang rumah yang baru saya beli.  Untuk menjawab pertanyaan ini, ternyata saya tak cukup mampu menjawabanya sendiri; saya mencari “orang tua” bertanya ada apa sebenarnya,  ada apa dengan lokasi rumah ini???. 

Terus mencari dan menemukan “orang tua” itu yang saya lakukan sembari mengembalikan tenaga yang terkuras saat berusaha melepaskan diri malam itu.  Satu persatu jawaban orang tua tak mengena di hati saya.  Dari sekian orang tua yang saya temui, kesimpulannya bahwa saya tidak bisa melanjutkan perataan tanah di lokasi calon rumah yang hendak saya dan keluarga saya huni.  Namun kondisi ini tidak membuat saya berpasrah diri.    Seiring pulihnya tenaga, saya berjumpa dengan seorang tua yang melegakan hati saya; “orang tua” ini menjelaskan hal ihwal apa yang ada di lokasi calon rumah yang hendak saya huni ini, tapi yang lebih melegakan lagi adalah dia mengatakan bahwa pekerjaan perataan tanah itu bisa dilanjutkan dengan sedikit persyaratan yang harus saya lakukan.  Tanpa ba-bi-bu dan berpikir panjang  saya laksanakan persyaratan yang diminta,, dan benar saja ketika saya kembali melanjutkan perataan tanah di lokasi tanah belakang rumah yang saya beli  saya merasa nyaman dan tidak lagi di ganggu oleh mimpi seperti sebelumnya.  Dan sampai kini sekira 20 tahun sudah saya dan keluarga saya menghuni rumah ini tanpa ada kendala apa-apa...
Kisah di atas adalah sekelumit cerita  dari dari Bapak Sriyono/ Ketua BKAP Kecamatan Pagar Dewa, Pak Sri atau Mbah Wir begitu teman beliau dan masyarakat Kecamatan Pagar Dewa yang mengenalnya biasa menyapa.  Lebih jauh Bapak Sriyono mengatakan bahwa hikmah yang dapat di ambil dari cerita di atas adalah nilai-nilai perjuangan.  Dalam setiap pekerjaan pasti ada hambatan dan tantangannya, tetapi kita harus menghadapinya dengan penuh semangat dan keyakinan karena hanya dengan nilai perjuanganlah kita bisa tetap tegak berdiri dan mencapai sesuatu.
Lebih jauh Mbah Wir melanjutkan cerita bahwa beliau bergabung dengan program ini, ketika dulu masih PPK pada tahun 2001-2002 saat itu Fasilitatornya adalah Bapak Amir Machmud Hasan dari Kecamatan Belalau.  Periode Tahun 2009-2012 beliau aktip di pemerintahan  sebagai PJ Peratin merangkap sebagai kaur pembangunan Pekon Pahayu jaya.  Kemudian pada tahun 2012 – Sekarang menjadi Ketua BKAD Kecamatan Pagar Dewa.  Ketika di tanya mengapa beliau selalu bersedia senang bergabung dan berpartisipasi dalam kegiatan PNPM-MPd, Mbah Wir atau Pak Sri mengatakan bahwa hal tersebut di dorong oleh hobi beliau dalam berorganisasi dan pembelajaran yang selalu ada di PNPM-MPd; “Kalau di organisasi lain biasanya kita yang aktif memberikan ilmu yang kita punya, tetapi di PNPM-MPd malah saya yang selalu mendapat ilmu-ilmu baru yang sangat bermanfaat buat saya”. Kata pak Sri
Ketika di tanya bagaimana baiknya PNPM-MPd kedepan Bapak Sriyono mengatakan bahwa apapun programnya  tanpa terkecuali PNPM-MPd yang harus selalu di jaga dan di kedepankan adalah Partisipasi dan Pelestarian.  Partisipasi harus benar-benar mencerminkan DOUM (dari oleh untuk Rakyat) bukan di selesaikan di atas meja oleh sekeompok orang tetapi ketika hendak dilaksanakan baru disampaikan ke masyarakat.  Selanjutnya Pelestarian; bagaimana supaya semua pihak memperhatikan pelestarian atas pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan  bukan hanya bagaiamana memelihara kegiatan fisik yang telah dilaksanakan tetapi lebih daripada itu pelestarian sumber daya alam secara lebih luas.  Dua hal ini menurut Pak Sri yang  semakin hari semakin kurang perhatian dan kualitasnya semakin menurun dan untuk memperbaiki ini semua harus bertanggung jawab  agar tujuan bersama berbangsa dan bernegara ini bisa terwujud.  Sambil mengakhiri pembicaraan..  @r