BREAKING

Selasa, 04 Februari 2014

"Koprasi"







"Koprasi"

Saya memang sengaja memberi tanda kutip pada kalimat koprasi,karena sesungguhnya,ini memang bukan koprasi pada umumnya."Koprasi" yang berkembang di benak masyarakat pekon yang saya dampingi ini lebih tepatnya bisa di bilang rentenir atau istilah populernya bank keliling,karena sistem yang digunakan sangat jauh dari azaz koprasi sesungguhnya,terutama masalah bunga pinjaman yang sangat tinggi.memang "koprasi" satu ini tidak ada jaminan apa2,tidak ada perjanjian hitam diatas putih,dan bisa berlangsung dimana saja dan kapan saja.kebanyakan yang jadi sasaran utama "koprasi" jenis ini adalah golongan menengah kebawah,yang bukan membantu malah menjerat mereka dalam lilitan utang yang tidak berkesudahan.

Ironisnya,peluang inilah yang dijadikan solusi oleh pemuda pemuda lulusan SMA,sebagai lahan usaha mereka di daerah rantau.pemuda pemuda ini tertarik menjadikan "koprasi" sebagai bidang usaha mereka,karena melihat contoh kesuksesan pendahulu mereka,yang tentunya di ukur dari segi kemapanan materi,rumah bagus lengkap dengan fasilitasnya,kendaraan bagus dll.sehingga menjadi daya tarik tersendiri.maka tak heran jika pemuda usia sekolah ditanya akan melanjutkan ke mana setelah tamat,mereka menjawab,akan merantau dan membuka " koprasi",ini juga didukung penuh oleh para orang tua,dengan memberi modal awal kepada anak anak mereka.

***
SPP Sebagai Solusi

SPP singkatan dari Simpan Pinjam Khusus Perempuan adalah salah satu program andalan PNPM-MPd (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat  Mandiri Pedesaan) yang menyebar di seluruh Kecamatan di pelosok negri,begitu juga di Pesisir Barat, tapi sayangnya banyak masyarakat yang belum melihat dan memanfaatkan program ini.  Padahal menurut saya dengan adanya program SPP ini,bisa membantu masyarakat menengah kebawah lepas dari jeratan hutang "koprasi".

Sebagai sebuah program,SPP memang di peruntukan bagi golongan rumah tangga miskin,khusunya untuk membantu mereka meningkatkan tarap ekonomi yang lebih baik.

Dengan bunga pinjaman di bawah bunga bank (1,5%) perbulan,tanpa jaminan apapun hanya perlu membentuk kelompok,mengumpulkan identitas ,mengajukan permohonan pinjaman  dan komitmen yang tinggi untuk konsisten dan tepat waktu dalam pengembalian cicilan bulannya, merupakan solusi yang tepat agar terbebas dari jerat bank keliling ini,sehingga masyarakat bisa memanfaatkan dana yang diberikan sebagai modal atau tambahan modal dalam membuka usaha tampa terbebani dengan bunga yang tinggi.                                               
Akan tetapi sejauh ini  program SPP ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh masyarakat,disamping karena minimnya pemahaman masyarakat tentang simpan pinjam,plus dukungan aparat pekon yang kurang dalam pelaksanaannya karena ketakutan akan tunggakan pembayaran yang berakibat pada terhentinya segala bentuk pembangunan yang di danai oleh PNPM.                                              

Perlu diketahui,meski alokasi dana SPP yang dikucurkan ke masyarakat hanya maksimal 25% dari total dana BLM,akan tetapi SPP merupakan kunci dari penyaluran dana yang diterima masyarakat terutama kaitannya dengan dana peruntukan pembangunan bidang sarana prasarana umum,pendidikan dan kesehatan,yang apabila ternyata dalam perjalannya kelompok SPP ini ada tunggakan yg tidak bisa diselesaikan maka segala bentuk pendanaan di pekon tersebut akan dihentikan,sampai tunggakan bisa di lunasi.hal inilah yang mengakibatkan rendahnya dukungan aparat pekon untuk memberdayakan dan mendukung kaum ibu-ibu mengikuti program SPP.
Padahal dalam perjalanan jangka panjangnya nanti dana SPP inilah yang akan selamanya dinikmati oleh masyarakat berupa dana bergulir yang akan menjadi dana abadi yang dimiliki,dimanfaatkan  dan dikelola masyarakat setempat.

Powered by Telkomsel BlackBerry®


Tidak ada komentar:

Posting Komentar